Senin, 19 Maret 2012

Salahkan Gen Ini Jika Tak Bisa Berhenti Makan

Browser anda tidak mendukung iFrame



(Foto: thinkstock)
Jakarta, Beberapa orang kadang sulit untuk berhenti makan atau mengunyah meski perutnya sudah penuh. Jika mengalami hal ini, maka bisa jadi disebabkan oleh 'gen rakus' yang dimilikinya.

Para ilmuwan merasa yakin telah menemukan 'gen rakus' yang membuat tubuh gagal memberitahu otak ketika ia sudah penuh atau kenyang. Mutasi pada gen tunggal ini merusak komunikasi dalam tubuh dan menyebabkan orang sulit berhenti makan serta berat badan meningkat cepat.

Peneliti dari Georgetown University Medical Centre di AS mempelajari variasi dalam gen BDNF pada tikus. Namun manusia juga memiliki gen ini dan telah dikaitkan dengan obesitas, meski belum diketahui dengan jelas bagaimana cara kerjanya.

Setelah makan, seharusnya gen ini mengirimkan sinyal kimia ke sel otak yang mencapai hipotalamus untuk memberitahu tubuh bahwa sudah kenyang dan menekan nafsu makan. Tapi pada tikus yang memiliki mutasi gen ini, zat kimia leptin dan insulin tidak dikirim sehingga orang akan terus makan dan sulit berhenti.

"Hasil penemuan ini bisa membuka strategi baru untuk membantu otak dalam mengontrol berat badan," ujar peneliti utama Dr Baoki Xu, seperti dikutip dari Dailymail, Senin (19/3/2012).

Dr Xu dan tim menemukan gen BDNF dengan versi 'pendek (short)' serta 'panjang (long)' yang terbentuk pada tahap awal di dalam rahim. Orang yang memiliki gen BDNF dalam versi 'panjang' akan berhasil mengirim sinyal kimia ke hipotalamus otak untuk mengatakan bahwa ia sudah kenyang dan berhenti makan.

Namun jika seseorang memiliki gen dengan versi 'pendek' maka sinyal zat kimia bisa mencapai beberapa sel otak, tapi tidak bisa diambil oleh dendrit (cabang dari sel yang akan menyampaikan pesan ke tempat yang tepat).

"Jika ada masalah dengan gen BDNF, neuron tidak bisa berbicara satu sama lain dan sinyal leptin serta insulin tidak efektif yang membuat nafsu makan tidak berubah atau sulit ditekan," ujar Dr Xu.

Saat ini para ilmuwan akan melihat apakah saluran transmisi yang salah ini bisa dimodifikasi sehingga dapat membantu mencegah dan mengobati obesitas. Hasil studi ini telah dilaporkan dalam jurnal Nature Medicine.

(ver/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar