Jumat, 23 Maret 2012

Hore, Perusahaan Dalam Negeri Bisa Produksi Obat Hepatitis

Browser anda tidak mendukung iFrame



ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Jakarta, Selama ini obat lamivudine yang dikonsumsi oleh orang dengan hepatitis B harganya tergolong mahal karena masih diimpor. Tapi kini perusahaan farmasi dalam negeri sudah bisa memproduksinya sendiri dengan merk Heplam.

Obat lamivudine ini diperlukan oleh siapa pun yang memiliki hepatitis B dan harus diminum dengan disiplin. Namun harga obat ini terbilang mahal yaitu sekitar Rp 1 juta untuk kepentingan 1 bulan.

Lamivudine adalah obat yang digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV) atau virus hepatitis B. Lamivudine hanya tersedia dengan resep dokter dalam bentuk larutan dan tablet.

Dalam mengonsumsi obat lamivudine ini diperlukan kedisiplinan agar liver atau hati yang sudah terjangkit virus hepatitis B tidak terkena sirosis yang nantinya bisa mengarah ke kondisi kanker hati.

"Di Indonesia ada sekitar 20 juta orang yang harus minum obat ini, tapi karena harganya mahal jadi tidak terjangkau. Mengapa mahal? Tidak lain karena obat itu harus diimpor," ujar Dahlan Iskan dalam rilis yang diterima detikHealth, Kamis (22/3/2012).

Untuk itu Dahlan Iskan selaku Menteri BUMN mendukung perusahaan farmasi BUMN yang ada seperti Kimia Farma agar mampu memproduksi obat yang sangat dibutuhkan oleh jutaan rakyat Indonesia ini.

Tapi kini masyarakat bisa sedikit berlega hati, karena minggu lalu Kimia Farma berhasil memproduksi sendiri obat lamivudine dengan menggunakan merk Heplam, dan harganya hanya Rp 150.000 untuk kepentingan 1 bulan.

"Harga ini tidak sampai seperlima dari harga obat lamivudine impor yang mencapai Rp 1 juta per bulan," ujar Dahlan Iskan.

Lebih lanjut Dahlan Iskan nantinya akan meminta ibu Menteri Kesehatan yang juga baru sembuh dari sakit kanker untuk meluncurkan obat tersebut di Jakarta dalam waktu dekat.

(ver/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar