Kamis, 22 Maret 2012

Penciuman Tak Tajam Alamat Berisiko Depresi

Browser anda tidak mendukung iFrame



(foto: Thinkstock)
Jakarta, Kemampuan untuk mengendus bau sangat bermanfaat. Bau dapat memberitahukan adanya kebocoran gas, juga untuk mengetahui bahwa susu atau daging sudah mulai basi, bisa juga untuk mengenali bau makanan kesukaan.

Sekitar 1 dari 5 orang mengalami gangguan dengan indra penciumannya. Namun hanya 1 dari 5.000 - 10.000 orang saja yang dilahirkan tanpa memiliki indera penciuman sama sekali. Para peneliti dari University of Dresden menemukan bahwa orang yang terlahir tanpa memiliki indera penciuman lebih berisiko mengalami depresi.

Peneliti memberi pertanyaan kepada 32 orang dewasa yang tidak memiliki indera penciuman atau disebut anosmia tersebut. Pertanyaan yang diberikan seputar kehidupan sehari-hari, dari hubungan sosial sampai makanan kesukaan.

Dalam laporan yang dimuat jurnal PLoS ONE, para ilmuwan mengatakan bahwa orang yang tidak dapat mencium bau ternyata mengkhawatirkan bau badannya sendiri. Orang yang tidak dapat mencium bau juga mengalami masalah dalam berinteraksi dengan orang lain dan lebih suka menghindar jika diajak makan bersama orang lain.

Para penderita anosmia memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami gejala depresi. Peneliti masih belum mengetahui apa yang mendasari hubungan ini. Namun, peneliti mengatakan bahwa penelitian lain sebelumnya telah menemukan bahwa depresi dan anosmia mempengaruhi jaringan otak yang sama.

"Bau mampu memberikan informasi sosial mengenai orang lain. Orang yang tidak bisa mencium bau mengalami lebih banyak kesulitan dalam menilai orang lain karena saluran komunikasi ini tertutup," kata peneliti, Ilona Croy, seperti dilansir Daily Mail, Jumat (23/3/2012).

Mungkin itulah salah satu alasan mengapa orang yang tidak bisa mencium bau lebih sedikit berhubungan seks dibandingkan orang dengan penciuman yang normal. Jumlah hubungan seksual orang yang tidak dapat mencium bau tercatat hanya separuh dari rata-rata kebanyakan orang.

Namun penelitian tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara orang normal dengan penderita anosmia mengenai banyaknya hubungan yang telah dimiliki dan seberapa puas hubungan tersebut.

Peneliti juga mencatat bahwa ketdakmampuan mencium bau ini mengakibatkan efek yang nyata pada perilaku makan. Orang yang fungsi penciumannya terganggu seringkali nafsu makannya menurun drastis karena kesulitan mencium aroma makanan. Tapi penderita ansomia terlihat memiliki nafsu makan yang stabil.

"Nampaknya karena sudah terbiasa tidak dapat mencium bau membuat aroma masakan bukan menjadi penilaian untuk menikmati makanan," kata Croy.


(pah/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar