Jumat, 23 Maret 2012

Seperti Belajar Sepeda, Berhenti Merokok Juga Harus Tekun

Browser anda tidak mendukung iFrame



(Foto: thinkstock)
Singapura, Banyak orang merasa selalu gagal menghentikan kebiasaan merokok, sampai-sampai harus memakai obat-obat. Menurut para ahli, berhenti merokok itu seperti belajar naik sepeda yakni harus tekun dan tidak boleh menyerah meski sering gagal.

Pendapat ini disampaikan oleh Prof Gary A Giovino, PhD, MS, seorang pakar kesehatan dari Departemen Kesehatan Masyarakat di University at Buffalo AS. Menurutnya, ada kemiripan antara berhenti merokok dengan belajar naik sepeda yakni sama-sama bisa bikin frustrasi.

"Berhenti merokok itu seperti belajar naik sepeda. Ketika gagal, harus selalu bisa ambil pelajaran," kata Prof Giovino usai membawakan diskusi panel dalam 15th World Confecence on Tobacco or Health di Suntec Convention Center Singapura, Rabu (21/3/2012).

Misalnya ketika sudah merasa berhasil selama beberapa minggu, suatu saat bisa saja kecanduannya kambuh lagi. Jika itu terjadi maka seharusnya tidak perlu frustrasi, sebab ada pelajaran yang bisa dipetik agar upaya selanjutnya tidak mengalami kegagalan yang sama.

Menurut Prof Giovino, modal utama untuk berhenti merokok adalah keputusan dari hati untuk benar-benar berhenti. Keputusan itu lalu diikuti dengan komitmen untuk menata ulang kehidupannya, termasuk menyingkirkan asbak dan benda-benda yang berhubungan dengan rokok.

Langkah selanjutnya adalah merencanakan perubahan, agar tidak ada peluang untuk kembali menghisap rokok. Misalnya jika semula suka merokok saat stres, maka harus mulai dipikirkan cara mengatasi stres tanpa rokok baik dengan teknik pernapasan maupun cara lain.

Terkait dengan obat-obatan untuk berhenti merokok, Prof Giovino kurang menyarankan karena selain harganya mahal obat ini juga tidak mengatasi masalah sesungguhnya. Bagi sebagian orang obat-obatan bisa membantu, namun tidak berarti orang tersebut tidak bisa berhenti merokok tanpa obat.

"Kadang obat bisa membantu, tapi akan menyesatkan kalau orang terlalu berharap pada obat. Tetap harus melakukan sesuatu, yakni memutuskan niat untuk berhenti merokok dan mulai menata hidup," kata Prof Giovino mengomentari maraknya pengobatan Nicotine Replacement Therapy (NRT) belakangan ini.

(up/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar