Selasa, 27 Maret 2012

RSCM Tingkatkan Kemahiran Dokter Bedah Anak

Browser anda tidak mendukung iFrame



(Foto: thinkstock)
Jakarta, Pembedahan konvensional seringkali meninggalkan bekas luka permanen yang cukup lebar. Apalagi jika pembedahan dilakukan semasa anak-anak, luka bekas operasi bedah biasanya tetap ada hingga dewasa. Selain itu, teknik pembedahan biasa yang menggunakan sayatan besar lebih berisiko bagi keselamatan paisen.

Untuk mengatasi hal ini, dikembangkanlah teknologi baru yang disebut teknik bedah minimal invasif. Berbeda dengan bedah konvensional, pembedahan minimal invasif hanya membutuhkan sayatan kecil. Contohnya, untuk mengambil batu dalam kandung kemih hanya perlu sedikit menyayat perut pasien, berbeda dengan bedah konvensional yang harus membuka perut pasien.

Dalam teknik bedah minimal invasif, keberadaan alat untuk membantu penglihatan dokter bedah sangat penting sebab bidang yang dapat dijangkau mata telanjang sangat minim. Biasanya dokter dibantu dengan alat yang disebut laparoskopi, yaitu alat yang berfungsi seperti teleskop untuk melihat organ dalam paisen. Dengan alat ini, doktet bedah dapat menjangkau organ dalam paisen tanpa harus banyak menyayat kulit pasien.

Sayangnya, jumlah ahli bedah yang menguasai teknik bedah minimal invasif masih minim. Maka, RSCM yang juga dari dulu berafiliasi dengan Fakultas Kedoktetan Universitas Indonesia (FKUI) ini mendatangkan pakar bedah anak internasional, dr Tan Hock Lim untuk melatih dokter-dokter Indonesia.

"Seperti halnya pilot yang berlatih menerbangkan pesawat, mempelajari teknik laparoskopi sampai menjadi ahli membutuhkan jam terbang yang tinggi. Saya akan membagi pelatihan menjadi tahap basic, intermediate dan advance. Setelah menguasai tahap advance, baru kita bisa beranjak ke tahap selanjutnya," kata dr Tan dalam acara penganugerahan gelar Adjunct Professor oleh FKUI kepada Prof Tan Hock Lim di Ruang Senat FKUI, Selasa (27/3/2012).

Adjunct professor merupakan gelar yang diberikan kepada profesor yang diundang secara khusus untuk memberikan pelatihan atau kuliah di perguruan tinggi. Profesor 'tamu' ini tidak memiliki wewenang dalam administrasi dan birokrasi di perguruan tinggi.

Dr Lim merupakan dokter pertama di dunia yang melakukan operasi laparoskopi pada anak-anak. Dokter yang berkewarganegaraan Australia ini akan melatih 50 orang dokter di RSCM-FKUI tentang prosedur laparoskopi. Diharapkan, dokter-dokter yang dilatih ini akan melatih dokter-dokter lainnya.

Pihak RSCM sendiri telah memiliki instansi pelatihan yang disebut Indonesian Clinical Training and Education Centre (ICTEC). Lembaga ini merupakan lembaga pelatihan medis RSCM yang memberikan pelatihan kepada dokter umum, dokter spesialis, calon dokter bahkan mahasiswa kedokteran. ICTEC menargetkan akan menghasilkan 200 orang tenaga medis yang menguasai teknik laparoskopi dalam setahun.

"Dengan laparoskopi, pasien lebih cepat sembuh dari operasi dibanding metode bedah biasa. Jika setelah bedah biasa pasien membutuhkan waktu rata-rata 10 hari untuk dapat pulang ke rumah, maka pasien laparoskopi hanya membutuhkan waktu rata-rata 2 hari untuk dapat pulang ke rumah," kata dr Tan.

Untuk selanjutnya, ICTEC berharap dapat menghasilkan tenaga-tenaga media yang berkualitas dan dapat tersebar ke berbagai pelosok di Indonesia. Dengan demikian, target pemerintah untuk meraih universal coverage atau layanan kesehatan bagi seluruh masyarakat dapat tercapai.

(pah/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar