Jumat, 30 Maret 2012

Perawatan Kanker Konvensional Bikin Wanita Mandul

Browser anda tidak mendukung iFrame



(Foto: Thinkstock)
Jakarta, Wanita penderita kanker selalu dihadapkan pada 3 pilihan perawatan dari dokter yaitu operasi, kemoterapi dan radiasi. Masalahnya ketiga perawatan tersebut meningkatkan kemungkinan bagi para pasien wanita untuk mengalami kemandulan.

Namun jarang ada dokter yang mau menawarkan jenis perawatan keempat yang tidak berbahaya bagi kesuburan, bahkan tidak perlu minum obat.

Studi terbaru menemukan bahwa sangat sedikit wanita penderita kanker yang menjalankan metode untuk mempertahankan kesuburan selama menjalani terapi kanker.

Lebih buruk lagi, banyak wanita yang terdiskriminasi karena dokter tak pernah menyarankan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mempertahankan kesuburannya dan mencegah kegagalan ovarium.

Cancer, jurnal dari American Cancer Society mengungkapkan fakta ini setelah mewawancarai lebih dari 100.000 wanita Amerika di bawah usia 50 tahun dan terdiagnosis kanker. Penulis menyimpulkan bahwa satu-satunya pilihan yang diberikan hanya pada segelintir wanita penderita kanker adalah pembekuan telur atau embrio untuk mempertahankan kemampuan untuk hamil di masa mendatang.

Untuk mencari tahu wanita mana yang menerima saran terbatas itu dan tidak didiskriminasi karena usia, ras atau status sosial, Mitchell Rosen, MD dari Universitas California, San Fransisco memimpin sebuah tim untuk diteliti. Tim ini menyurvei secara acak lebih dari 1000 wanita berusia 18-40 tahun yang didiagnosis leukemia, limfoma Hodgkin, kanker payudara atau kanker pencernaan dari tahun 1993-2007.

Lebih dari 900 orang diantaranya menjalani terapi yang bisa menyebabkan mandul seperti kemoterapi, radiasi panggul, operasi panggul atau transplantasi sumsum tulang. Hanya 60 persen diantaranya yang menerima konseling tentang kemandulan dan kurang dari 10 persen yang bisa mempertahankan kesuburannya.

Seperti dilansir dari Natural News, Jumat (30/3/2012), studi itu pun mengungkapkan bahwa wanita Kaukasia dan pernah mengenyam bangku kuliah lebih sering mendapatkan konseling tentang risiko kemandulan dan pilihan pelestariannya.

Ini berarti satu-satunya "alasan" untuk itu adalah "kesenjangan sosio-demografis cenderung mempengaruhi akses terhadap layanan pelestarian kesuburan".

Tentu saja ini karena FDA (Food and Drug Administration), CDC (Center for Disease Control), AMA (American Medical Association) dan ACS (American Cancer Society) memanfaatkan kondisi ini untuk berbisnis dan mendapatkan uang dari para wanita penderita kanker.

Dengan sistem seperti itu, dokter-dokternya pun tidak dididik dan diinstruksikan untuk memberikan saran tentang solusi alami kanker.

Pilihan keempat yang jarang disebutkan kepada wanita penderita kanker yang ingin mempertahankan kemampuan reproduksinya adalah mengonsumsi kombinasi dari jamur obat (reishi, cordiceps, maitaki dan shiitake), jus sayuran organik mentah, minum vitamin, suplemen mineral, antioksidan, asam amino, probiotik dan makanan super.

Tak satu pun dari sumber itu yang digunakan untuk pencegahan kanker atau bahkan disebutkan sebagai pilihan. Padahal tak ada dari bahan-bahan itu yang memiliki efek samping ataupun membahayakan kesuburan. Sebagian besar karena bahan-bahan itu murah dan tidak bisa dipatenkan.

Pengobatan ala Barat pun tak mencantumkan bahan-bahan itu sebagai pengobatan alternatif dan membiarkan publik kebingungan.

Padahal wanita yang tak menggunakan bahan-bahan kimia untuk diet juga cenderung cepat sembuh dari kanker. Termasuk mengurangi konsumsi segala jenis pemanis buatan, air fluoride, makanan yang diproses terlebih dahulu hingga daging non-organik dan produk susu.


(ir/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar