Rabu, 28 Maret 2012

Masyarakat Miskin Lebih Enggan Ber-KB

Browser anda tidak mendukung iFrame



(Foto: thinkstock)
Jakarta, BKKBN menemukan bahwa angka kesadaran menggunakan alat kontrasepsi di masyarakat miskin lebih rendah. Padahal jumlah penduduk yang terus membludak akan menjadi ancaman serius jika tidak diimbangi ketersediaan pangan dan lapangan kerja.

Beberapa kendala yang menyebabkan rendahnya kesadaran masyarakat miskin ini adalah:
1. Persepsi bahwa anak merupakan sumber investasi di masa depan
2. Masyarakat belum menyadari pentingnya KB
3. Keengganan masyarakat miskin untuk menjangkau tempat pelayanan KB
4. Tenaga lapangan yang masih minim.

"Di daerah-daerah terpencil di kepulauan, tentunya lebih sulit menjangkau pusat pelayanan KB. Apalagi tenaga penyuluh BKKBN saat ini hanya ada 20.000 orang yang harus melayani 77.000 desa di Indonesia. Idealnya, 1 desa dilayani 1 petugas, jadi kami masih kekurangan 57.000 tenaga penyuluh," kata dr Julianto Witjaksono, SpOG-KFER, MGO, Deputi Bidang KB dan Kesehatan Reproduksi BKKBN dalam acara temu media bertajuk 'Menelisik Lorong Sempit KB untuk Si Miskin Perkotaan' di Aula Kantor Pusat BKKBN Jakarta, Rabu (28/3/2012).

Kenyataan ini ini diperburuk lagi dengan temuan bahwa sekitar 40-60% peserta KB suntik tidak melanjutkan penggunaan kontrasepsinya karena terkendala biaya dan jarak perjalanan.

Maka, untuk mempermudah pelayanan dan memaksimalkan program KB, masyarakat di daerah pedalaman dianjurka untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang seperti spiral, IUD, vasektomi dan tubektomi.

Untuk membantu masyarakat agar lebih memahami pentingnya KB, BKKBN mengerahkan ibu-ibu PKK dan TNI untuk menjangkau daerah terpencil. TNI diakui lebih memahami seluk beluk wilayah dan persebaran penduduk yang ditargetkan ber-KB.

"Kita memiliki 2,5 juta ibu-ibu PKK yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah itu sangat potensial untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya ber-KB. Rekan-rekan di TNI juga ternyata berpengalaman menentukan titik-titik mana di daerah yang tepat menjadi sasaran pogram KB," kata dr Julianto.

(pah/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar