Your browser does not support iframes.
(Foto: thinkstock)Jakarta, Pekerjaan menumpuk, deadline dan tekanan kerja merupakan salah satu penyebab terjadinya stres pada pekerja. Setidaknya 15-30 persen pekerja di Indonesia pernah mengalami masalah kesehatan jiwa.
"Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan di perusahaan di seluruh Indonesia, ada sekitar 15-30 persen pekerja yang pernah mengalami masalah kesehatan jiwa, baik dari keluhan ringan sampai yang menyebabkan penyakit," ujar dr. Dewi S. Soemarko, MS, SpOK, dari Program Studi Magister Kedokteran Kerja FKUI, dalam acara Seminar Manajemen Stres & Kelelahan Kerja dalam Peningkatan Produktivitas Perusahaan di Prodia Tower, Jakarta, Selasa (19/7/2011).
Menurut dr. Dewi, ada multi faktor yang menyebabkan masalah kesehatan jiwa pada pekerja, antara lain merupakan gabungan antara stres pada pekerjaan, keluarga dan lingkungan.
Pemicu stres yang paling banyak dirasakan pekerja dari pekerjaannya antara lain:
"Masalah kesehatan jiwa ini paling banyak stres, bisa stres ringan, sedang dan berat. Paling berat bisa sampai sakit jiwa kalau orang tersebut tidak bisa adaptasi dengan diri sendiri," lanjut dr Dewi yang juga menjabat sebagai sekretaris Perdoki (Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia).
Ketidakmampuan pekerja menanggani stres bisa ditandai dari 4 reaksi, yaitu secara fisiologi, emosional, kognitif dan perilaku.
Reaksi emosional
Keluhan subjektif ringan sampai dengan gejala psikiatrik nyata. Ringan misalnya mudah tersinggung, marah, jengkel, konsentrasi menurun, tidak ada motivasi, cemas, tegang dan apatis. Dan keluhan berat seperti ansietas, depresi, gangguan psikosomatik.
Reaksi fisiologis
Reaksi perilaku
Banyak merokok, minum alkohol, menarik diri dari lingkungan, selera makan turun, gangguan pola tidur, gangguan perilaku seksual, minum obat penenang, agresif, anti sosial, enggan bekerja atau ganti-ganti pekerjaan (lesu kerja).
Reaksi fungsi kognitif
Kurang perhatian, persepsi berkurang, mudah lupa, berpikir kurang cepat dan tepat, kurang dapat membuat solusi, serta penurunan kemampuan belajar.
Lalu bagaimana cara mengurangi stres di tempat kerja?
"Kondisi stres kerja harus segera ditanggani dengan baik, baik dari diri sendiri maupun perusahaan, karena hal ini tentu akan berdampak pada pekerjaan," jelas dr. Dewi.
Berikut beberapa cara yang disampaikan dr Dewi untuk mengurangi stres:
"Rokok atau alkohol bukan solusi untuk mengurangi stres Anda," tutup dr Dewi.
(mer/ir

(Foto: thinkstock)Jakarta, Pekerjaan menumpuk, deadline dan tekanan kerja merupakan salah satu penyebab terjadinya stres pada pekerja. Setidaknya 15-30 persen pekerja di Indonesia pernah mengalami masalah kesehatan jiwa.
"Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan di perusahaan di seluruh Indonesia, ada sekitar 15-30 persen pekerja yang pernah mengalami masalah kesehatan jiwa, baik dari keluhan ringan sampai yang menyebabkan penyakit," ujar dr. Dewi S. Soemarko, MS, SpOK, dari Program Studi Magister Kedokteran Kerja FKUI, dalam acara Seminar Manajemen Stres & Kelelahan Kerja dalam Peningkatan Produktivitas Perusahaan di Prodia Tower, Jakarta, Selasa (19/7/2011).
Menurut dr. Dewi, ada multi faktor yang menyebabkan masalah kesehatan jiwa pada pekerja, antara lain merupakan gabungan antara stres pada pekerjaan, keluarga dan lingkungan.
Pemicu stres yang paling banyak dirasakan pekerja dari pekerjaannya antara lain:
- Tekanan tenggang waktu
- Beban kerja berlebih
- Partisipasi rendah
- Tanggung jawab yang besar
- Perkembangan karir tidak jelas
- Gaji atau honor rendah
- Waktu kerja lama
- Tidak ada keamanan pekerjaan
- Pelecehan seksual atau psikologi
"Masalah kesehatan jiwa ini paling banyak stres, bisa stres ringan, sedang dan berat. Paling berat bisa sampai sakit jiwa kalau orang tersebut tidak bisa adaptasi dengan diri sendiri," lanjut dr Dewi yang juga menjabat sebagai sekretaris Perdoki (Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia).
Ketidakmampuan pekerja menanggani stres bisa ditandai dari 4 reaksi, yaitu secara fisiologi, emosional, kognitif dan perilaku.
Reaksi emosional
Keluhan subjektif ringan sampai dengan gejala psikiatrik nyata. Ringan misalnya mudah tersinggung, marah, jengkel, konsentrasi menurun, tidak ada motivasi, cemas, tegang dan apatis. Dan keluhan berat seperti ansietas, depresi, gangguan psikosomatik.
Reaksi fisiologis
- Sistem otonom: Berkeringat, otot-otot tegang
- Sistem kardiovaskuler: Jantung berdebar, tidak teratur, tekanan darah naik
- Sistem respirasi: Napas cepat dan dangkal
- Sistem haid: Hipoestrogen yang menyebabkan siklus haid tidak lancar.
Reaksi perilaku
Banyak merokok, minum alkohol, menarik diri dari lingkungan, selera makan turun, gangguan pola tidur, gangguan perilaku seksual, minum obat penenang, agresif, anti sosial, enggan bekerja atau ganti-ganti pekerjaan (lesu kerja).
Reaksi fungsi kognitif
Kurang perhatian, persepsi berkurang, mudah lupa, berpikir kurang cepat dan tepat, kurang dapat membuat solusi, serta penurunan kemampuan belajar.
Lalu bagaimana cara mengurangi stres di tempat kerja?
"Kondisi stres kerja harus segera ditanggani dengan baik, baik dari diri sendiri maupun perusahaan, karena hal ini tentu akan berdampak pada pekerjaan," jelas dr. Dewi.
Berikut beberapa cara yang disampaikan dr Dewi untuk mengurangi stres:
- Terima semua keadaan yang tidak dapat terkontrol
- Belajarlah untuk relaks
- Latihan mengontrol emosi
- Makan teratur dengan menu seimbang
- Tidur dan istirahat yang cukup
- Jangan merokok, minum pil atau minum alkohol untuk mengurangi stres.
"Rokok atau alkohol bukan solusi untuk mengurangi stres Anda," tutup dr Dewi.
(mer/ir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar