Sabtu, 30 Juli 2011

Ratusan Penelitian Medis pada Monyet Diklaim Tak Bermanfaat

Your browser does not support iframes.



foto: ThinkstockLondon, Temuan obat baru kadang harus diujikan dulu pada binatang sebelum dicoba sendiri oleh manusia. Khusus pada monyet, aktivis penyayang binatang mengklaim tiap tahun ada ratusan penelitian medis yang akhirnya tak banyak memberikan manfaat.

Baru-baru ini, sebuah gerakan penyayang binatang yakni Zoological Society of London melakukan kajian terhadap 3.000 penelitian medis antara tahun 1996-2006 yang melibatkan binatang. Dari sekian banyak penelitian, 10 persen di antaranya menggunakan monyet.

Ratusan penelitian yang melibatkan primata non-manusia itu memang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, namun secara langsung tidak memberikan manfaat yang signifikan bagi manusia. Dengan kata lain, sebagian besar diklaim tidak banyak bermanfaat.

"Riset ilmiah pada monyet selalu kontroversial dan sangat emosional. Dalam pandangan saya, pendanaan riset yang melibatkan primata non-manusia tidak perlu dilanjutkan," ungkap Sir Patrick Bateson, presiden Zoology Society of London seperti dikutip dari Independent, Kamis (28/7/2011).

Tidak hanya di Inggris, gerakan menentang penelitian medis pada binatang khususnya primata non-manusia seperti monyet juga muncul di banyak negara termasuk Amerika Serikat. Bahkan dari tahun ke tahun, jumlahnya diperkirakan terus meningkat.

Sebuah organisasi pendidikan, Foundation for Biomedical Research pernah mengungkap bahwa dukungan terhadap penggunaan hewan uji makin berkurang dalam satu dekade terakhir. Dari perkiraan 70 persen pada tahun 1990-an, dukungan tersebut berkurang menjadi 54 persen pada tahun 2008.

Meski banyak yang menyerukan agar penggunaan binatang dalam riset medis dilarang, bagaimanapun sejarah mencatat banyak obat-obat penting ditemukan melalui riset pada monyet. Di antaranya adalah vaksin polio, serta metode deep brain stimulation untuk penderita parkinson.

(up/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar