Senin, 06 Februari 2012

Kopi Tanpa Kafein Mampu Tingkatkan Fungsi Memori

Your browser does not support iframes.




(Foto: thinkstock)
Jakarta, Minum decaffeinated coffee atau kopi tanpa kafein dapat meningkatkan metabolisme energi otak yang berhubungan dengan diabetes tipe 2. Disfungsi otak terhadap metabolisme energi adalah faktor risiko yang diketahui sebagai penyebab demensia dan gangguan neurodegeneratif lain seperti penyakit Alzheimer.

Penelitian dilakukan oleh peneliti di Mount Sinai School of Medicine. Hasil penelitian tersebut telah diterbitkan dalam Nutritional Neuroscience.

"Gangguan metabolisme energi di otak diketahui berhubungan erat dengan penurunan kognitif selama penuaan dan berisiko tinggi untuk mengembangkan gangguan neurodegeneratif. Hal tersebut adalah bukti pertama yang menunjukkan potensi manfaat persiapan kopi tanpa kafein baik untuk mencegah dan mengobati penurunan kognitif, penuaan, atau gangguan neurodegeneratif sebagai akibat dari diabetes tipe 2," kata Giulio Maria Pasinetti, MD, PhD seperti dilansir dari MedicalNewsToday, Senin (6/2/2012).

Minum kopi tidak dianjurkan untuk semua orang, karena berhubungan dengan risiko kesehatan jantung, termasuk kolesterol dan tekanan darah, baik yang berakibat pada risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung, stroke dan kematian dini.

Namun, efek negatif dari kopi yang disebabkan karena kandungan kafein yang tinggi dari kopi membuktikan bahwa beberapa komponen dalam kopi tanpa kafein memiliki faktor yang bermanfaat untuk kesehatan dalam penelitian pada tikus.

Dr Pasinetti ingin menyelidiki apakah kopi tanpa kafein sebagai suplemen makanan pada manusia dapat bertindak sebagai tindakan pencegahan.

"Mengingat bukti terbaru menunjukkan bahwa kerusakan kognitif terkait dengan penyakit Alzheimer dan lainnya yang berkaitan dengan gangguan neurodegeneratif dapat ditelusuri kembali melalui kondisi neuropatologi yang dimulai beberapa dekade sebelum onset penyakit. Penelitian untuk mengembangkan pengobatan pencegahan untuk gangguan tersebut adalah sangat penting," kata Dr Pasinetti.

Sehingga masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan pengobatan pencegahan untuk gangguan neurodegeneratif.
(del/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar