Senin, 13 Februari 2012

Betaro, Saat Abang Becak Tak Mau Merokok

Browser anda tidak mendukung iFrame



Betaro (dok: Ki Mukrim)
Jakarta, Abang becak yang merokok sambil menunggu penumpang adalah hal yang biasa. Rokok sepertinya sudah menjadi teman setia penarik becak sehingga jarang sekali ada penarik becak yang tidak merokok. Tapi Betaro tampil beda, kelompok penarik becak di Bekasi ini yakin tak memerlukan rokok saat sedang melamun menunggu penumpang.

Ada sekitar 10 penarik becak di sekitar Puskesmas Kedung Waringin Kabupaten Bekasi yang menyatakan diri antirokok dan memasang banner atau spanduk antirokok di becaknya. Abang-abang becak itu kini terwadahi dalam sebuah komunitas yang dinamakan BETARO alias Becak Tanpa Rokok.

Terbentuknya komunitas BETARO tidak lepas dari peran Mukrim Elwildo, seorang petugas promosi kesehatan di Puskesmas Kedung Waringin. Di Puskesmas tersebut, Mukrim atau yang akrab dipanggil Ki Mukrim ini kebetulan juga memegang Klinik Berhenti Merokok.

Spanduk dan banner antirokok bekas dari klinik tersebut dulunya hanya dibuang-buang setelah tidak digunakan, namun sekarang dimanfaatkan untuk menghias becak. Ki Mukrim jelas tidak keberatan, sebab inisiatif abang-abang becak ini sangat membantu tugasnya di bidang promosi kesehatan.

"Sekarang malah ada yang bantu bikin banner sendiri, jadi tidak pakai banner bekas lagi. Kemarin ada dana Rp 1.350.000 dari donatur dan itu kebanyakan kalau hanya untuk bikin banner. Mungkin mau dibuatkan rompi antirokok sekalian biar seragam," papar Ki Mukrim saat dihubungi detikHealth.

Banner atau spanduk tersebut dipasang persis di bagian depan becak, sekaligus berfungsi sebagai penutup saat hujan atau panas terik. Tulisannya terang-terangan berisi peringatan tentang betapa berbahayanya asap rokok, yakni "Smoking Danger!"

Selain bisa menjaga kesehatan, menurut Pak Salam (51 tahun), seorang penarik becak anggota Betaro, becaknya juga jadi lebih disukai pelanggan terutama ibu-ibu. "Kebetulan pelanggan kami memang kebanyakan ibu-ibu yang mau pergi ke pasar," kata Pak Salam saat dihubungi detikHealth, Selasa (14/2/2012).

Kok bisa Pak Salam berhenti merokok?

Pak salam mengaku ia pun dulunya adalah perokok berat. Alasannya berhenti merokok karena ia mengaku merasa sangat berdosa jika sampai anak-anaknya tidak bisa sekolah hanya karena uangnya habis untuk beli rokok. Karena sebagai abang becak, penghasilannya tidak lebih dari Rp 30.000/hari.

"Anak saya 4, yang sulung hanya lulus SD karena waktu itu tidak punya duit. Mau tidak mau sekarang saya harus banyak nabung biar tidak ada lagi yang putus sekolah," kata Pak Salam yang masih harus membiayai 3 anaknya yang lain, masing-masing duduk di bangku SMK, SMP dan SD.
(up/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar