Rabu, 29 Februari 2012

Ini yang Terjadi Pada Bayi Jika Ibunya Pakai Ekstasi

Browser anda tidak mendukung iFrame



(Foto: thinkstock)
Jakarta, Tak jarang karena pergaulan bebas, perempuan masa kini banyak yang kecanduan ekstasi. Sampai-sampai saat hamil pun masih terus memakai ekstasi. Beginilah yang akan terjadi pada bayi jika ibunya pakai ekstasi saat hamil.

Idealnya perempuan hamil harus dikondisikan dalam tubuh yang prima. Sehingga apa yang dikonsumsi harus benar-benar diperhatikan karena akan berimbas pada bayinya.

Bayi yang terpapar ekstasi dalam rahim memiliki kemampuan koordinasi motorik yang lebih rendah, ketika berusia 4 bulan. Menggunakan halusinogen ekstasi selama kehamilan dapat membahayakan kesehatan janin dan menyebabkan kontrol motorik yang lebih buruk pada bayi.

Hal tersebut disampaikan para peneliti berdasarkan hasil sebuah penelitian baru. Peneliti telah melibatkan 96 wanita Inggris yang memiliki riwayat menggunakan ekstasi sebelum dan selama kehamilan sebagai peserta penelitian. Sebagian besar wanita dilaporkan mengonsumsi berbagai obat-obatan terlarang sebelum dan selama kehamilan.

Pertumbuhan bayi, kontrol motorik dan perkembangan otak dinilai saat lahir dan ketika bayi berusia 4 bulan. Bayi lahir dari ibu yang menggunakan ekstasi selama kehamilan memiliki kontrol motorik lebih buruk serta koordinasi pada tangan dan mata ketika berusia 4 bulan lebih buruk jika dibandingkan bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tidak mengonsumsi obat terlarang.

Masalah lain yang diketahui dari kelompok ibu hamil pengguna ekstasi, termasuk gangguan kemampuan untuk menyeimbangkan kepala atau duduk kurang kokoh.

"Efek potensial berbahaya dari paparan ekstasi pada perkembangan janin dan bayi telah lama menjadi kekhawatiran oleh para ahli. Efek negatif obat tersebut sangat berisiko untuk ibu hamil. Apalagi banyak ibu hamil yang menggunakan ekstasi tanpa menyadari kondisi dan risikonya," kata Lynn Singer, seorang profesor ilmu kesehatan lingkungan dari Case Western Reserve University School of Medicine, di Cleveland seperti dilansir dari MSNHealth, Rabu (29/2/2012).

Studi ini juga menemukan ekstasi yang dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih tinggi untuk melahirkan anak laki-laki. Karena obat tersebut dapat mempengaruhi sinyal kimia yang menentukan jenis kelamin bayi.

Ekstasi yang memiliki nama kimia 3,4-methylenedioxymethamphetamine atau MDMA adalah salah satu obat ilegal yang paling populer di dunia.

"Ekstasi dapat menguras kadar pengguna serotonin. Serotonin merupakan suatu neurotransmitter yang merupakan tombol pengatur suasana hati, tidur, dan kecemasan. Serotonin adalah penting selama perkembangan awal otak janin. Karena mengubah tingkat neurotransmitter mungkin memiliki dampak jangka panjang pada bayi," kata peneliti.

Para peneliti akan terus melacak perkembangan bayi hingga 18 bulan kehidupan. Hasil penelitian memang mengungkap hubungan antara penggunaan ekstasi dan dampak negatif pada perkembangan janin dan bayi. Namun penelitian tersebut tidak membuktikan hubungan sebab akibat.

Studi tersebut didanai oleh U.S. National Institute on Drug Abuse, dan telah diterbitkan dalam Neurotoxicology and Teratology edisi 28 Februari.


(del/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar