Minggu, 12 Februari 2012

Wanita Sering Tak Menyadari Gejala Serangan Jantung

Browser anda tidak mendukung iFrame



(Foto: thinkstock)
Jakarta, Wanita tidak memiliki gejala penyakit jantung yang sama pada pria seperti angina, yaitu tekanan dan rasa berat pada dada dan juga tidak memiliki jenis serangan jantung yang seperti banyak digambarkan di televisi. Akibatnya, ketika mengalami serangan jantung, wanita lebih sering salah didiagnosis.

"Wanita tidak memiliki penyakit arteri koroner yang tampak nyata sampai setelah mengalami menopause, yaitu 10 tahun lebih lambat dibanding pria," kata Feingold seeprti dilansir FoxNews, Senin (11/2/2012).

Selama dua puluh tahun terakhir, para ilumwan telah mempelajari bahwa perkembangan penyakit jantung pada pria berbeda dengan wanita. Wanita memiliki hormon dan sudut pandang psikologis yang berbeda dengan pria dalam mempengaruhi kesehatan jantungnya.

Wanita lebih cenderung mengekspresikan gejala psikologis sebagai gangguan kesehatan, yang artinya wanita tidak sadar sering mengubah kondisi perasaannya ke dalam gejala fisik. Wanita lebih suka membicarakan tentang perasaan, rasa sakit dan nyerinya daripada pria.

Namun dalam banyak kasus, wanita tidak menyempatkan diri untuk menemui dokter ketika merasa ada hal yang tidak beres dengan kesehatannya. Seringkali, wanita tidak ingin dianggap terlalu histeris, sehingga menahan diri untuk mencari bantuan medis ketika terkena serangan jantung.

"Sering kali, dokter juga mungkin mengabaikan gejala yang tidak biasa dari kegelisahan atau stres pasien dan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan yang menyeluruh atas keluhan pasien," kata Dr Harun Feingold, kepala kardiologi di Rumah Sakit John F. Kennedy di NJ

Feingold menjelaskan bahwa wanita lebih sedikit menjalani prosedur angioplasti, yaitu pelebaran pembuluh darah yang menyempit atau tertutup sama sekali, dan prosedur stenting, yaitu menempatkan selang kecil dalam pembuluh darah, daripada pria karena keluhan wanita tidak seserius pria.

Banyak wanita mengalami kesulitan epigastrium atau mulas ketika terkena serangan jantung. Sehingga, ketika mengalami serangan jantung, wanita lebih sering salah didiagnosis daripada pria.

Menopause akan meningkatkan faktor risiko jantung seperti kelebihan berat badan, hipertensi, diabetes dan kolesterol tinggi. Wanita lebih sering mengalami kejang arteri koroner dan gangguan pembuluh darah kecil di mana penyumbatannya tidak terlihat, tetapi dapat dihilangkan dengan nitrogliserin.

"Ada lagi penyakit jantung yang menyerang kebanyakan wanita pasca-menopause yang juga disebabkan oleh stres, yaitu Takotsubo cardiomyopathy atau dikenal juga sebagai stres kardiomiopati. Kondisi ini dibawa oleh gelombang epinefrin atau norepinefrin dalam tubuh," kata Dr Marianne Legato, pendiri Partnership for Gender-Specific Medicine di Universitas Columbia.

Pada tahun 1990, Dr Legato diminta Asosiasi Jantung Amerika (AHA) untuk meninjau literatur tentang wanita dan penyakit koroner. Legato mengatakan bahwa wanita yang mengalami patah hati setelah mengalami serangan jantung memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar terkena serangan jantung daripada pria.

Baru-baru ini, jurnal Circulation melaporkan peningkatan risiko risiko serangan jantung yang disebut infark myocardcial karena kesedihan. Risikonya meningkat pada hari-hari dan minggu-minggu setelah kehilangan orang yang dicintai, terutama pada orang yang berisiko penyakit jantung.



(ir/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar