Selasa, 07 Februari 2012

Di Negara Religius, Pendidikan Seks Banyak Gagalnya

Your browser does not support iframes.




(Foto: thinkstock)
Jakarta, Pendidikan seks penting untuk mencegah terjadinya penularan penyakit menular seksual dan kehamilan usia muda yang tak diinginkan. Ironisnya, penelitian menunjukkan bahwa pendidikan seks gagal mengurangi angka kehamilan remaja di negara-negara yang kolot atau konservatif dan relgius.

Negara yang mayoritas penduduknya konservatif dan lebih tinggi tingkat religiusitasnya cenderung memiliki tingkat kehamilan remaja yang tinggi. Temuan ini menunjukkan bahwa struktur sosial suatu negara, seperti tingkat konservatisme, dapat merusak efek dari kurikulum seks.

Para peneliti dari Washington University of St Louis (WUSL) tidak merekomendasikan tindakan melarang sebagai dasar pendidikan, namun sebaiknya membuat kurikulum pendidikan seks yang mempertimbangkan komposisi sosial politik sebuah negara.

Angka remaja yang melahirkan di AS tercatat adalah yang tertinggi di antara negara-negara industri lainnya. Angka remaja perempuan yang melahirkan pada usia 15-19 tahun sebesar 39,1 dari setiap 1.000 orang remaja pada tahun 2009. Angka kehamilan remaja di Eropa Barat berkisar sekitar 24 orang dari 1.000 orang remaja di Inggris.

Para peneliti yang dipimpin oleh Patricia Cavazos-Rehg dari WUSL mempersempit analisisnya pada tingkat remaja perempuan yang melahirkan pada usia 15 - 17 tahun di 24 negara bagian AS selama tahun 1997 - 2005. Peneliti menemukan bahwa penambahan kurikulum pendidikan seks yang komprehensif di sekolah berkaitan dengan tingkat remaja melahirkan yang lebih rendah.

Ketika peneliti melihat karakteristik negara bagian, seperti religiusitas dan kebijakan aborsi, negara-negara yang mendapat peringkat tinggi dalam religiusitas dan konservatisme politik memiliki angka remaja melahirkan yang lebih tinggi.

Dalam laporan yang dimuat jurnal Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine, peneliti menegaskan bahwa anak perempuan yang tinggal di negara konservatif mendapat kurikulum pendidikan seks yang kurang berkualitas, mengabaikan pelajaran atau kurang mau melakukan aborsi.

"Angka kehamilan remaja sangat bervariasi, dan perbedaan di seluruh negara harus diakui sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama," kata Cavazos-Rehg seperti dilansir LiveScience, Selasa (7/2/2012).

Cavazos-Rehg mencatat perbedaan angka remaja perempuan yang melahirkan berusia 15-17 tahun di Arkansas dan New Hampshire. Arkansas adalah negara dengan tingkat konservatisme yang tinggi, memiliki angka remaja melahirkan yang tertinggi dalam penelitian, yaitu sebesar 34,8 orang dari 1.000 orang remaja perempuan. New Hampshire adalah negara dengan tingkat liberalisme tinggi, dan memiliki angka remaja melahirkan yang paling rendah, yaitu sebesar 9,7 orang dar 1.000 orang remaja perempuan.

Sebelumnya, para peneliti di Drexel University pernah melaporkan temuan serupa pada tahun 2009 dalam jurnal Reproductive Health. Temuan terbaru dari WUSL ini menambahkan bahwa tingkat konservatisme suatu negara juga mempengaruhi kualitas pendidikan seks.


(pah/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar