Kamis, 24 November 2011

Polusi Lalu Lintas Kini Dikaitkan dengan Risiko Diabetes

Your browser does not support iframes.




(Foto: thinkstock)
Jakarta, Orang yang tinggal di daerah perkotaan dengan tingkat nitrogen dioksida yang tinggi, berpeluang 4 persen lebih mungkin kena diabetes dibandingkan orang yang hidup di lingkungan dengan udara bersih. Nitrogen dioksida adalah polutan yang ditemukan pada asap lalu lintas.

Orang sehat tampaknya bisa berada dalam bahaya yang lebih besar akibat pengaruh polusi udara, dengan risiko diabetes melonjak sebesar 10 persen pada orang aktif secara fisik dan 12 persen non-perokok.

Penelitian sebelumnya telah menemukan orang dengan diabetes tampaknya lebih rentan terhadap efek berbahaya dari paparan polusi udara bagi kesehatan dibandingkan dengan non diabetes.

Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam Journal Diabetes Care. "Polusi udara benar-benar dapat memberikan kontribusi pada perkembangan diabetes," kata John Brownstein, seorang ahli epidemiologi di Childre's Hospital Boston seperti dilansir dari HealthNews, Kamis (24/11/2011).

Para peneliti melihat data selama hampir 52.000 warga dari dua kota terbesar di Denmark. Selama satu dekade, hampir 3.000 orang atau sekitar 5,5 persen berusia 50-65 tahun pada awal penelitian, didiagnosa dengan diabetes untuk pertama kalinya.

"Peneltian tersebut juga merupakan studi pertama yang menunjukkan bahwa, individu sehat mungkin lebih rentan terhadap efek dari polusi udara," kata Zorana J. Andersen dari Danish Cancer Society.

Menurut Brownstein, faktor-faktor risiko lain untuk diabetes terus menjadi indikator yang paling signifikan dari kemungkinan penyakit. Meskipun paparan polusi udara adalah salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam profil risiko pasien.

Peningkatan risiko secara keseluruhan yang disebabkan polusi hanya dalam jumlah kecil, yaitu 4 persen. Hubungan antara paparan jangka panjang terhadap polusi udara dan diabetes juga tampaknya lebih besar pada wanita dalam penelitian ini.

Hal tersebut mungkin harus dilakukan penelitian lebih lanjut berdasarkan perbedaan seks terkait dalam kerentanan terhadap polusi udara.

Penelitian tersebut tidak membuktikan bahwa polusi udara itu sendiri menyebabkan peningkatan risiko diabetes terdeteksi. Karena juga terkait beberapa faktor lain, seperti kemiskinan, stres atau lainnya.

Orang-orang yang tinggal di daerah yang terkait dengan tingkat pulusi lalu lintas yang tinggi juga mungkin mengalami sedikit peningkatan risiko kematian akibat stroke.

Bukti mengindikasikan bahwa, partikel polusi udara cukup kecil untuk berada dalam aliran darah. Sehingga dapat memberikan kontribusi untuk peradangan di seluruh tubuh.

Peradangan, pada gilirannya, dapat menyebabkan peningkatan risiko serangan jantung, stroke, gagal jantung, dan sejumlah penyakit kronis, termasuk diabetes dan asma.

Polusi udara memiliki efek yang sama pada pembuluh darah seperti asap rokok. Namun tidak seperti rokok, karena pada polusi udara semua orang dapat terkena," kata Michael Brauer, seorang ahli kesehatan lingkungan dari University of British Columbia, Canada.

"Polusi akibat lalu lintas yang padat harus menjadi bagian dari diskusi perencanaan transportasi. Jalan raya utama harus dipisahkan dari pemukiman penduduk," pungkas Brauer.


(ir/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar