Selasa, 22 November 2011

Indera Penciuman Dapat Ditingkatkan Dengan Latihan

Your browser does not support iframes.




Ilustrasi (foto: Thinkstock)
Jakarta, Orang yang memperhatikan indera penciumannya tidak sebaik dulu, mungkin perlu melatih indera penciumannya. Latihan dapat meningkatkan indera penciuman yang telah menurun fungsinya.

Penelitian tersebut dilakukan oleh Drs Julie Chapuis dan Donald A Wilson dari New York University (NYU) Langone School of Medicine. Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan secara online dalam Nature Neuroscience pada edisi 20 November 2011.

Peneliti berharap penemuan mereka akan membantu mengembangkan cara baru untuk mengurangi hilangnya penciuman yang terjadi terkait dengan usia atau penyakit.

Manusia mendeteksi molekul bau karena berinteraksi dengan saraf di hidung yang mengirim impuls ke struktur penciuman (olfactory bulb). Struktur tersebut berada di bawah korteks frontal di bagian depan otak.

Olfactory bulb juga menghubungkan secara langsung dengan bagian lain dari otak seperti amigdala yang mengendalikan emosi, dan daerah tingkat tinggi seperti korteks prefrontal. Korteks prefrontal memiliki fungsi penting seperti perencanaan, pemikiran, pengorganisasian dan membuat pilihan.

Menurunnya indera penciuman dikaitkan dengan penyakit seperti penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, schizophrenia dan bahkan penuaan normal. Tetapi penyebabnya masih belum diketahui.

Namun Chapuis dan Wilson melaporkan bahwa, mereka telah menemukan daerah pada otak yang terkait dengan menurunnya indera penciuman. Kedua peneliti tersebut juga menujukkan bahwa pelatihan dapat meningkatkan atau menurunkan indera penciuman. Hal tersebut tergantung dari indera penciumannya.

"Dari semua indera, indera penciuman paling unik karena tidak seperti informasi dari mata dan telinga yang telah melalui banyak koneksi untuk mencapai korteks frontal, sistem penciuman hanya melibatkan dua koneksi. Dan memiliki jalur langsung dari lingkungan melalui hidung ke memori kita," kata Wilson, seorang profesor psikiatri anak dan remaja di NYU Langone Medical Center seperti dilansir dari MedicalNewsToday, Selasa (22/11/2011).

Peneliti menempatkan tikus di dalam kotak individu dengan lubang berukuran sebesar moncong tikus masing-masing pada 3 dinding. Masing-masing menggunakan sedikit variasi pada campuran 10 bau, berdasarkan bahan kimia dari buah-buahan, minyak, dan bahan pembersih.

Peneliti mengulangi eksperimen dengan bau yang berbeda, dan mengamati tikus tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tikus dengan mudah mampu membedakan satu bau dari zat kimia lain ketika digantikan dalam campuran. Tetapi tikus-tikus tersebut tidak bisa membedakan ketika salah satu bahan kimia dihilangkan dan tidak ada pengganti.

Pada tahap selanjutnya dari penelitian ini, tikus dibius dan dimasukkan elektroda ke dalam otak mereka sementara mereka harus membaui. Sehingga dapat melihat pola aktivitas listrik yang dihasilkan di bagian otak yang terkena.

Setiap bau menghasilkan pola yang berbeda dari aktivitas di olfactory bulb, tetapi dalam korteks piriform (penciuman), area satu sentimeter dari korteks serebral, pola yang berbeda ketika tikus mampu membedakan bau. Tetapi bau tersebut identik ketika tikus tidak mampu untuk membedakannya.

Pelatihan tersebut secara efektif dapat meningkatkan indera penciuman tikus, dan itu tercermin dalam pola aktivitas listrik di mereka korteks piriform, yang menunjukkan respon yang identik untuk kedua bau tersebut.

Tikus diberi pelatihan ekstensif secara tumpang tindih dengan campuran bau yang kompleks menunjukkan kemampuan yang dapat mebedakan bau tersebut dan meningkatkan pemisahan ensemble kortikal piriformis.

Sebaliknya, pelatihan perilaku untuk mengabaikan perbedaan yang biasanya terdeteksi antara campuran yang tumpang tindih mengakibatkan pemisahan dalam gangguan ansambel pola kortikal piriform dan gangguan pembedaan bau.

Kehilangan rasa penciuman dapat mencerminkan kerusakan nyata pada sistem sensorik, dalam beberapa kasus dapat menjadi masalah. Pelatihan untuk mempertajam bau dapat membantu memperbaiki kerusakan indera penciuman akibat patah hidung.

(ir/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar