Selasa, 22 November 2011

Bandara Sam Ratulangi Gelar Simulasi Darurat Flu Burung

Your browser does not support iframes.




(dok: detikHealth)
Manado, Mobil sirene petugas meraung-raung di lokasi bandara Sam Ratulangi Manado sambil mengumumkan bandara dalam kondisi darurat dan penumpang diminta menaati aturan dan mengikuti petunjuk petugas. Dalam waktu singkat tenda darurat didirikan dan petugasnya siap dengan baju khusus yang serba tertutup.

Komandan tim evakuasi langsung memberikan komando kepada 6 petugas khusus untuk mendirikan tenda yang berwarna serba putih. Dua dipan disiapkan untuk mengisolasi penumpang yang baru mendarat yang diketahui terkena flu burung.

Setelah tenda didirikan dalam waktu 7 menit, ke-6 petugas melapisi baju yang dipakainya dengan baju khusus yang serba tertutup dari ujung rambut hingga ujung kaki dan memakai helm penutup.
 

 
Dua petugas bersiap dengan peralatan medis darurat di dalam tenda putih dan 4 petugas lain melakukan tugas penyemprotan disinfektan di lokasi kejadian. Saat penumpang yang teridentifikasi flu burung tiba, penumpang langsung diisolasi dan tenda darurat ditutup.

Ruang isolasi pada tenda isolasi ini dilengkapi sistem ventilasi udara bertekanan negatif dengan udara disaring melalui sistem infiltasi dan radiasi ultraviolet, sehingga risiko kontaminasi dapat diminimalisir.

Tenda isolasi ini dapat digunakan kembali, bersifat portable dan mudah didekontaminasi. Setelah tenda isolasi berdiri maka perlengkapan medis pendukung dan tempat periksa pasien akan dilengkapi pada tenda isolasi.
 

 
Keistimewaan tenda isolasi ini antara lain tahan gempa, tidak mudah terbakar dan tahan cuaca ekstrem. Tenda ini juga dilengkapi dengan perlengkapan medis khusus untuk penanganan kasus penyakit kekarantinaan.

Begitulah suasana simulasi penanggulangan pandemi influenza di Bandara Sam Ratulangi yang disaksikan detikHealth, Selasa (22/11/2011). Latihan simulasi darurat itu disaksikan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan dr Ratna Rosita.

Petugas sebelumnya memang sudah dilatih untuk bergerak cepat saat kondisi darurat diumumkan. Ketika suatu pesawat dari negara terjangkit mendarat di Bandara Sam Ratulangi.

Awalnya, pilot akan menghubungi menara ATC yang dihubungkan ke posko KKP, petugas grounding dan posko KKP dengan tim verifikasi, evakuasi dan disinfeksi.

Kemudian tim verifikasi dan tim evakuasi (yang sebelumnya menggunakan pakaian APD (alat pelindung diri) berstandar lengkap dengan sarung tangan, sarung kaki dan masker) kemudian akan naik ke pesawat.

Evakuasi kasus suspek dari pesawat akan dibawa ke tenda isolasi dan kasus diserahkan ke tim medis tenda isolasi. Di dalam tenda, tim evakuasi akan memeriksa kasus (anamnesa dan pemeriksaan fisik). Petugas imigrasi dengan APD lengkap masuk ke dalam tenda isolasi untuk pemeriksaan imigrasi terhadap kasus suspek.

Pasien suspect atau terinfeksi akan dibawa dengan kendaraan khusus kekarantinaan untuk dibawa ke rumah sakit. Kemudian dilakukan disinfeksi ruang atau tenda isolasi, disinfeksi APD dan pelepasan APD yang akan dibuang ke safety box untuk dimusnahkan.
 

 
Saat pesawat dinyatakan dikarantina, maka evakuasi akan dilakukan pada seluruh penumpang, pilot dan crew serta barang bawaan penumpang. Penumpang dievakuasi dengan bus menuju asrama karantina (dikawal dengan mobil polisi).

Petugas yang mendampingi adalah petugas KKP, imigrasi dan beacukai. Disinfektan kemudian dilakukan pada ruangan pesawat, seluruh bagasi sebelum diturunkan dari pesawat. Bagasi semuanya disimpan di gudang cargo khusus.

Pesawat kemudian akan bisa dioperasikan kembali bila hasil pemeriksaan dinyatakan pesawat telah bebas penularan.

Dengan dilakukan pengkarantinaan penumpang dan crew pesawat selama 2 minggu (2 kali masa inkubasi), maka tak jarang keluarga penumpang dan crew melakukan protes untuk meminta kejelasan kepada posko penanggulangan. Petugas juga dilatih untuk bisa menghadapi demo-demo seperti ini.
 

 
Tim keamanan Bandara Sam Ratulangi harus mengatasi protes tersebut dengan bijaksana, dengan pendekatan persuatif mampu menenangkan dan menjelaskan tujuan tindakan pengkarantinaan, yaitu agar virus tidak menular ke orang lain. Dan selama dikarantina, penumpang dan crew akan mendapatkan makan dan fasilitas kesehatan yang biayanya semua ditanggung negara.

Pelaksanaan operasi penanggulangan pandemi influenza dilakukan oleh seluruh petugas di bandara Sam Ratulangi, salah satunya ada kesigapan Kantor Kesehatan Pelabuhan dengan mendirikan tenda isolasi.

Saat situasi dunia dilanda pandemi penyakit menular, Badan Kesehatan Dunia (WHO) akan mendeklarasikan Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Global.

Dalam deklarasi tersebut WHO juga mengeluarkan rekomendasi sementara kepada seluruh negara anggota sebagai acuan dalam pelaksanaan penanggulangan pandemi.

Dengan adanya deklarasi WHO tersebut maka Kementerian Kesehatan akan mengeluarkan surat edaran memerintahkan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) yang ada di bandara, pelabuhan dan lintas darat batas negara di seluruh Indonesia untuk segera melaksanakan penanggulangan pandemi.

Dengan adanya kesiapan kondisi darurat ini diharapkan Indonesia petugas bandara atau pelabuhan akan lebih siap menangkal penyakit menular dengan meminilisir wilayah penyebarannya.

(mer/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar