Senin, 28 November 2011

Gel Vagina Anti HIV di Afrika Gagal Cegah Infeksi

Your browser does not support iframes.




(Foto: thinkstock)
Jakarta, Sebuah percobaan baru dari gel mikrobisida untuk melindungi wanita dari infeksi HIV telah dibatalkan. Pembatalan tersebut dilakukan setelah para peneliti melaporkan bahwa gel tersebut tidak bekerja.

Tidak jelas mengapa gel tersebut gagal dalam uji coba, padahal dalam uji coba sebelumnya gel tersebut telah cukup berhasil. Gel vagina yang dapat melindungi perempuan terhadap virus HIV tetapi masih memungkinkan untuk hamil telah lama dicari oleh peneliti AIDS.

Karena gel vagina tersebut akan berguna mencegah menularnya HIV bagi wanita dengan pasangan yang telah positif HIV, tetapi tidak mau menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual.

Percobaan pertama dilaporkan di Afrika Selatan pada musim panas tahun 2010. Dalam percobaan tersebut telah ditemukan bahwa, gel vagina yang mengandung tenofovir telah melindungi 39 persen wanita yang menggunakannya.

Dan bagi yang sering menggunakannya telah menurunkan risiko infeksi hingga 54 persen. Diharapkan bahwa uji coba baru, yang disebut dengan Voice (for Vaginal and Oral Interventions to Control the Epidemic) dapat mengkonfirmasi uji coba sebelumnya, yang disebut CAPRISA.

Uji coba Voice yang dimulai pada tahun 2009, telah melibatkan lebih dari 5.000 perempuan di Afrika Selatan, Uganda, dan Zimbabwe. Uji coba tersebut dilakukan dengan membandingkan tiga produk yang berbeda, yaitu gel plasebo, pil tenofovir, atau pil Truvada.

Truvada mengandung tenofovir dan obat penguat. Uji coba pil tenofovir dibatalkan pada bulan September 2011 karena tampaknya juga telah gagal. Tetapi karena penelitian masih berlanjut, dari semua data yang dikumpulkan para peneliti belum menemukan alasan mengapa gel tersebut gagal.

"Bahkan ketika kita memiliki lebih banyak informasi yang tersedia, memahami mengapa hasilnya berbeda dari hasil uji coba CAPRISA mungkin tetap belum jelas. Namun saya terkejut dan kecewa kenapa gel anti HIV tersebut telah dibatalkan," kata Sharon L. Hillier, seorang peneliti utama untuk Microbicide Trials Network, yang berbasis di University of Pittsburgh medical school seperti dilansir dari TheNewYorkTimes, Senin (28/11/2011).

Mungkin penyebab kegagalan tersebut adalah para wanita tidak menggunakan gel tersebut secara teratur, dosis yang salah, atau adanya peradangan yang menyebabkan virus lebih mudah masuk. Penyebab kegagalan gel tersebut memang tidak mungkin dipastikan hingga tahun depan," kata Hillier dan Dr. Ian McGowan, seorang peneliti lain dari Microbicide Trials Network.

Etika uji klinis modern telah mendapatkan berbagai data yang cukup jelas sehingga mereka dapat menguji apakah tindakan intervensi medis yaitu gel tersebut apakah aman dan dapat efektif mencegah infeksi HIV. Sekitar 6 persen dari wanita yang menggunakan gel tenofovir dan 6 persen dari wanita yang menggunakan plasebo telah terinfeksi pada saat dilakukan uji coba tersebut. Hal tersebut memang dianggap aman tetapi tidak efektif. Sehingga memerlukan pembatalan untuk mencegah wanita lain lagi dari terinfeksi.

Uji coba tersebut diperkirakan akan berlangsung hingga pertengahan tahun 2012 dan data dari uji coba yang akan dikeluarkan pada awal tahun 2013. Percobaan lain menggunakan gel dengan formulasi dan dosis yang berbeda akan segera direncanakan.


(ir/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar