Ilustrasi (foto: Thinkstock)
Indikator polusi air yang tidak lazim ini ditemukan oleh Prof Sebastian Sauve dari University of Montreal, dalam sebuah penelitiannya baru-baru ini. Menurutnya, indikator baru ini akan bermanfaat ketika kandungan bakteri dalam air sulit diamati.
"Penelitian kami menunjukkan ada hubungan erat antara kadar kopi dalam suatu perairan dengan kadar bakteri E coli di dalamnya. Kafein dalam kopi bisa menjadi indikator pencemaran di perairan," kata Prof Sauve seperti dikutip dari Medindia, Rabu (23/11/2011).
Dalam penelitiannya, Prof Sauve mengambil sampel di sejumlah perairan air tawan maupun laut yang ada di Montreal, Kanada. Ada 3 indikator pencemaran yang diamatinya yang meliputi bakteri E coli, kafein dan salah satu obat antikejang yakni Carbamazepin.
E coli merupakan bakteri yang banyak ditemukan dalam kotoran manusia, sehingga sering dipakai untuk mendeteksi adanya pencemaran tinja di perairan. Carbamazepin dan kafein tidak berasal dari manusia, namun diduga punya berhubungan dengan tingkat pencemaran.
Semula, Prof Sauve mengira Carbamazepin cukup akurat untuk dipakai sebagai indikator karena waktu penguraiannya lama sehingga keberadaannya bisa terdeteksi dalam waktu lama di suatu perairan. Namun dalam penelitian ini, kadarnya ternyata tidak selalu sebanding dengan kadar E coli.
Kafein juga memiliki waktu penguraian yang lama yakni 2-3 bulan, sehingga termasuk yang diusulkan untuk dijadikan indikator. Dan ternyata, hasil penelitian sesuai yang diharapkan karena kadar kafein di suatu perairan berbanding lurus dengan kadar cemaran E coli.
Penelitian yang dilakukan Prof Sauve memang tidak mengungkap lebih jauh mengapa bisa demikian. Namun rasanya cukup masuk akal, sebab di mana ada kopi maka pasti di situ ada aktivitas manusia termasuk buang air besar dan mungkin juga buang sampah sembarangan.
(up/ir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar