
Ilustrasi (dok: Thinkstock)
Jika melihat kepesertaan KB, maka akan ditemui ketimpangan gender yang besar. Sebagian besar peserta KB didominasi oleh kaum ibu. Bahkan secara nasional, peserta KB pria hanya sebanyak 1,5% dari 29 juta peserta KB di seluruh Indonesia.
Hal yang sama juga dijumpai di daerah pelosok, yaitu di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Dalam acara Bakti Sosial Pelayanan Keluarga Berencana yang diselenggarakan BKKBN bekerjasama dengan RSPAU Antariksa, seluruh peserta kontrasepsi jangka panjang adalah wanita.
"Beberapa kendala yang cukup mengganggu keberhasilan program KB adalah berkaitan dengan budaya patriarki yang masih melekat di masyarakat. Kepesertaan istri untuk mengikuti KB sangat tergantung pada keputusan suami dan keluarga. Namun para pria sendiri masih enggan jika diminta ber-KB," kata dra Helena Reke, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Roten Endao, Nusa Tenggara Barat dalam acara Bakti Sosial Pelayanan Keluarga Berencana di kantor Bupati Roten Endao, Rabu (20/6/2012).
Helena menuturkan, program serupa pernah dilakukan tahun lalu dan berhasil membujuk 486 orang wanita untuk mendapat kontrasepsi jangka panjang atau MOW. Namun karena beberapa hal akhirnya hanya terealisasi sebanyak 356 orang. Tahun ini, tercatat ada sebanyak 320 orang yang bersedia menjalani MOW. Namun pada pelaksanaan hari pertama baru tercapai 94 orang. Sama seperti sebelumnya, tingkat kepesertaan pria adalah sebesar 0%.
Menurut Helena, program KB akan jauh lebih efektif jika diberikan pada kelompok secara bersama-sama sebab calon peserta KB yang berminat akan mengajak teman dan tetangganya untuk ikut serta. Berbeda jika petugas lapangan yang mendatangi satu per satu dari rumah ke rumah.
Meskipun terbilang cukup sukses karena bisa mengajak banyak peserta KB baru, pihak pemerintan daerah sempat terancam gagal menyelenggarakan acara bakti sosial ini karena beberapa pihak menyebarkan isu negatif tentang MOW.
"Sebenarnya jumlah peserta bisa lebih banyak lagi. Tapi sempat beredar isu bahwa yang habis menjalani MOW tidak akan bisa kembali bekerja seperti dahulu. Maka beberapa orang yang percaya tak jadi ikut MOW, padahal itu tidak benar," kata Helena.
Untuk dapat mendapat MOW, para calon peserta harus lolos kriteria yaitu: wanita menikah yang sudah berusia 29 tahun ke atas dan telah memiliki anak berapapun jumlahnya. Untuk wanita menikah yang belum mencapai 29 tahun, maka yang boleh ikut hanya jika jumlah anaknya dikali jumlah umur berjumlah 100 ke atas. Misalnya wanita yang punya 4 anak sudah bisa diberi MOW jika usianya 25 tahun karena 25 dikali 4 adalah 100.
Para wanita yang tidak memenuhi kriteria tapi masih minat ber-KB, BPPKB akan memberikan layanan kontrasepsi lain semisal pil dan implan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar