Senin, 25 Juni 2012

Gagasan Menkes Soal Kondom Masih Terus Dipermasalahkan

Browser anda tidak mendukung iFrame



(Foto: Thinkstock)
Jakarta, Meski sudah berulang kali diklarifikasi, gagasan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi soal intensifikasi penggunaan kondom terus dicecar oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Solusi terbaik tetap menghindari seks bebas, sedangkan efektivitas kondom masih diragukan.

"Saya sebagai orang awam baca penelitian, ukuran pori kondom itu lebih besar dari ukuran virus HIV," kata Indra dari Fraksi PKS dalam rapat dengar pendapat di Komisi IX DPR, Senin (24/6/2012).

Ukuran pori-pori kondom sudah lama menjadi perdebatan, dalam kaitannya dengan pencegahan Human Imunnodeficiency Virus (HIV). Beberapa penelitian yang selalu diangkat di kalangan anti kondom mengatakan, kondom dari bahan lateks memiliki ukuran pori yang lebih besar dari ukuran HIV.

Komentar lain tentang kampanye kondom disampaikan oleh Herlini Amran, juga dari Fraksi PKS. Menurutnya, tidak ada pilihan lain untuk menghindari penularan HIV selain menghindari seks bebas yang memang merupakan salah satu media penularan HIV terbesar selain penggunaan narkoba suntik.

"Kalau Bu Menkes mau bagi kondom di kelompok berisiko, maka semua remaja itu termasuk kelompok berisiko. Jadi itu sama saja," kata Herlini.

Dalam pemaparannya, Menkes mengatakan bahwa kondom merupakan salah satu solusi untuk menekan angka penularan HIV sesuai target Millenium Development Goals (MDGs). Selain menargetkan penggunaan kondom sebesar 65 persen pada 2015, MDGs juga menargetkan prevalensi HIV di kelompok usia 15-49 tahun turun menjadi 0,27 persen.

Capaian tahun 2010 menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) untuk penggunaan kondom baru mencapai 32 persen. Prevalensi atau angka kejadian penularan HIV di kelompok usia produktif juga masih tinggi yakni 0,5 persen.

Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, perilaku seks berisiko dilakukan oleh 3,1 juta laki-laki (sekitar 2,2 persen) yang menggunakan jasa pekerja seks. Di satu sisi, 1,6 juta perempuan Indonesia menikah dengan laki-laki berisiko tinggi.

"Penularan HIV juga terjadi dalam perkawinan yang suci. Kalau demikian, solusinya mohon maaf adalah penggunaan kondom," kata Menkes dalam pemaparan sebelumnya.

(up/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar