
Ilustrasi (dok: Thinkstock)
Akhir-akhir ini, pemerintah pusat banyak memfokuskan perhatiannya pada daerah terpencil dan terluar di Indonesia. Daerah terpencil yang cukup jauh dari pusat seringkali bermasalah dengan perkembangan fisik dan sarana kesehatan yang relatif lebih lambat dibanding daerah lain di Indonesia.
Tak terkecuali Pulau Rote yang berada dalam wilayah propinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau Rote yang dikenal sebagai pulau paling selatan di wilayah NKRI ini masih memiliki masalah dengan kurangnya akses kesehatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
Pulau Rote masuk dalam wilayah kabupaten Rote Endao. Secara fisik, kabupaten ini sudah cukup maju. Terlihat dari pasokan listrik yang sangat lancar, jalanan yang sudah diaspal dan sinyal operator seluler yang cukup kuat. Namun untuk masalah akses kesehatan, Rote Endao masih perlu mendapat perhatian yang besar.
"Untuk tenaga medis, kondisi kita masih sangat jauh dari standar. Kita belum punya dokter ahli, cuma ada dokter umum 12 orang. Namun 2 di antaranya sedang menjalani kuliah mengambil dokter ahli," kata drs Leonard Haning, MM, Bupati Rote Endao dalam wawancara dengan detikHealth saat acara Bakti Sosial Pelayanan Keluarga Berencana yang diselenggarakan BKKBN bekerjasama dengan RSPAU Antariksa di Rote Endao, Rabu (20/6/2012).
Tak hanya kekurangan dokter ahli, Rote Endao juga masih kekurangan sarana kesehatan. Dengan jumlah penduduk sebanyak 120.000 jiwa, ada 12 puskesmas di 10 kecamatan dan 84 posko kesehatan. 20 posko di antaranya belum terisi dan banyak puskesmas yang belum memiliki bidan standar.
Saat ini, pemerintah Rote Endao tengah berencana membangun rumah sakit tipe C. Untuk jampersal, jamkesda dan jamkesmas, masyarakat di Rote Endao sudah dapat menggunakan, namun masih jarang yang mau menggunakannya.
"Kesadaran masyarakat masih rendah. Masyarakat baru merasa sakit jika sudah tidak bisa bangun dari tempat tidur. Akibatnya penanganannya seringkali terlambat," kata Bupati.
Pemerintah daerah memang tidak dapat selamanya mengandalkan bantuan pemerintah pusat. Untuk meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan, pemda telah menyekolahkan 27 orang putra daerah di Fakultas Kedokteran di berbagai universitas di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, dana APBD yang dialokasikan sebanyak 40 juta per tahun untuk masing-masing penerima beasiswa tersebut.
"Program ini sudah berjalan sejak 9 Februari 2009. Nanti mereka yang sudah jadi dokter ditarik untuk bekerja di sini," kata Bupati.
Selain itu, pemda Rote Ndao juga sudah menandatangai MoU dengan beberapa dokter dari Adelaide, Australia untuk meningkatkan kondisi kesehatan masyarakatnya. Sejumlah dokter dari benua kanguru itu akan mengunjungi Rote Ndao pada bulan November 2012 nanti. Dengan pemerintah pusat, pemda Rote Ndao juga sudah meneken MoU. Namun belum tahu kapan realisasi program dari pusat tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar