Kamis, 12 April 2012

Ketika Menkes Menjelma Jadi Dokter Enny

Browser anda tidak mendukung iFrame



Menkes (dok. detiknews)
Jakarta, "Bu Dokter yang imut-imut.. Dulu saya punya kebiasaan yang jelek, yaitu suka ngemut. Eeeh, sekarang bibir atas saya agak monyong. Apakah ini akibat suka ngemut?" Pertanyaan polos itu disampaikan seorang anak kepada dokter Enny yang kemudian dibalas dengan ramah, "Hai, Diana imut-imut yang doyan ngemut." Siapakah dokter Enny? Dokter Enny yang dimaksud adalah Endang Rahayu Sedyaningsih yakni Menteri Kesehatan yang saat ini masih menjabat.

Nama lengkap dokter Enny adalah Endang Rahayu Sedyaningsih, yang tidak bukan adalah Menteri Kesehatan dalam Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2009-2014. Panggilan dokter Enny akrab dilontarkan kepadanya saat menjadi kontributor tetap di majalah anak-anak Ananda.

Saat menjadi kontibutor majalah dari 1987 hingga 1991, dokter Enny banyak mendapatkan surat pertanyaan dari anak-anak di seluruh Indonesia yang topiknya bermacam-macam. Anak-anak yang menulis surat tersebut tentunya sekarang telah dewasa, karena peristiwa tersebut terjadi lebih dari 20 tahun yang lalu.

Namun, surat-surat pertanyaan tersebut kini telah dikumpulkan dan dibukukan menjadi 'Sekantong Surat Sehat untuk dr. Enny', terbitan Kementerian Kesehatan RI, seperti dilansir Kamis (12/4/2012).
 

 
Dalam buku tersebut, anak-anak melontarkan pertanyaan-pertanyaan polos namun banyak terjadi di masyarakat. Dokter Enny pun menjawab dengan ramah dan tentu saja secara ilmiah namun dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh anak-anak.

Salah satu contoh surat adalah yang dikirimkan oleh Diana dari Bogor. Dia menanyakan perihal kebiasaan ngemutnya (mengisap-isap jari dalam mulut) yang menyebabkan bibir atasnya monyong, tapi di sampaikan dengan gaya biasa anak-anak yang polos.

"Bu Dokter yang imut-imut.. Dulu saya punya kebiasaan yang jelek, yaitu suka ngemut. Tapi sekarang tidak lagi lo, Dok. Eeeh, tapi sekarang bibir atas saya agak monyong. Apakah ini akibat dari ngemut itu? Bagaimana mengecilkan kembali bibir yang sudah menggelembung itu?"

Dan dokter Enny pun menjawab dengan nada ramah. "Hai, Diana imut-imut yang doyan ngemut. Eh tapi sekarang Diana tidak suka ngemut lagi kok ya? Maaf, Diana, apakah kamu yakin yang menonjol ke depan itu cuma bibir atasmu? Bagaimana dengan gigi seri atasmu? Apakah normal saja bentuknya? Atau, agak menonjol ke depan?

Sebab, biasanya yang terpengaruh oleh kebiasaan ngemut itu adalah gigi-gigimu, terutama gigi seri atasmu. Karena gigi ini menonjol ke depan, otomatis bibir atasmu pun ikut-ikutan maju. Untuk memperbaikinya, ya letak gigimu dulu yang harus diperbaiki. Kamu bisa minta tolong kepada dokter gigi di kotamu.

Tapi, kalau gigimu normal bentuknya, cuma bibir atasmu saja yang menggelembung, nah Ibu yakin bukan berasal dari kebiasaan ngemut-mu. Mungkin memang begitulah bentuk bibirmu. Dan, sayang sekali obatnya tidak ada. Bye Diana."

Meski pertanyaan yang diajukan sudah sangat lama, namun pertanyaan-pertanyaan tersebut dirasa masih dapat mewakili beberapa pertanyaan yang kerap hadir dalam benak anak-anak saat ini.

Endang Rahayu Sedyaningsih atau dokter Enny, lahir di Jakarta 1 Februari 1955. Orangtuanya adalah seorang dosen. Sebelum menjadi dokter, dokter Enny bersekolah di SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi di Jakarta. Ia lulus sebagai dokter umum dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1979.

Untuk menambah ilmunya, dokter Enny melanjutkan sekolahnya di Harvard School of Publik Health di Boston, Amerika Sekikat, atas beasiswa pemerintah. Dan dokter Enny pun menjadi Doctor of Public Health Indonesia pertama di Harvard University.

Dokter Enny menikah dengan dokter Renny Mamahit (sekarang Dirut RSUD Tangerang). Tahun 1980-1983, pasangan ini tinggal di Kabupaten Sikka, NTT. Walaupun daerahnya terpencil, sulit air dan ketika itu belum dijangkau listrik, dokter Enny senang tinggal di sana. Menurutnya, di tempat terpencil itu banyak pelajaran berharga yang sangat bermanfaat.

Kembali dari NTT, dokter Enny bekerja di Kanwil Kesehatan DKI Jakarta selama 8 tahun. Selanjutnya ia pindah ke Kementerian Kesehatan sebagai peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Bulan Oktober 2009, dokter Enny pun ditunjuk sebagai Menteri Kesehatan dalam Kabinet Indonesia Bersatu II.

Dokter Enny yang kini masih menjabat sebagai Menteri Kesehatan RI, sudah mulai gemar menulis sejak duduk di bangku SMP. Selama beberapa tahun, dokter Enny pun menjadi kontributor tetap majalah anak-anak Ananda dan masalah Perkawinan, serta menulis buku kesehatan untuk anak-anak.

Lebih dari 50 artikel ditulis dokter Enny di jurnal nasional dan internasional. Penghargaan yang pernah diperoleh dokter Enny antara lain Sulianti Award dan APACPH (Asia Pacific Academics of Public Health) Award.



(mer/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar