Jumat, 27 April 2012

Dokter Indonesia Perlu Alat Canggih Biar Makin Mumpuni

Browser anda tidak mendukung iFrame



ilustrasi (foto: Thinkstock)
Jakarta, Penelitian kedokteran di Indonesia bisa dibilang jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain seperti China, India dan Amerika Serikat. Sebenarnya, Indonesia memiliki banyak peneliti yang canggih dan sudah teruji di luar negeri. Namun ketika kembali ke tanah air, kemampuannya kurang berkembang optimal karena berbagai keterbatasan yang dimiliki.

"Kalau kita melihat peneliti di Indonesia, sebenarnya saat ini perkembangannya cukup bagus dan sangat berpotensi jika diolah dengan baik. Selama ini peneliti kurang berkembang karena mengunakan alat-alat yang kurang sophisticated. Maka, anggapan bahwa penelitian di Indonesia kurang berkembang perlu diubah paradigmanya. Kami harus menyediakan alat-alat yang juga sering digunakan di dunia internasional," kata Dr dr Ratna Sitompul, SpM(K), dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dalam acara Peresmian Laboratorium Terpadu FKUI di Auditorium FKUI Jakarta, Jumat (27/4/2012).

Kurangnya perkembangan penelitian ini juga disebabkan para peneliti yang masih terkotak-kotak dengan lingkup keahlian dan lembaganya, sehingga kurang luwes dalam mengembangkan penelitian. Bidang kedokteran sendiri sebenarya merupakan bidang yang luas dan banyak bersinggungan dengan praktisi dari bidang-bidang lain. Untuk mengatasi kesenjangan ini, FKUI membangun sebuah lab terpadu dengan peralatan yang terhitung modern.

Selama ini, untuk memeriksakan sampel medis, dokter harus berpindah-pindah dari laboratorium satu ke laboratorium lainnya. Dengan adanya laboratorium terpadu ini, maka seluruh dokter dan peneliti di FKUI bisa mengakses berbagai peralatan yang ada di dalamnya. Lab ini juga dibuka untuk masayarakat yang ingin memeriksakan diri dan instansi lain yang berniat menjalin kerjasama penelitian.

"Penelitian kedokteran juga sudah tidak saatnya lagi bekerja sendiri-sendiri dan harus saling sinergis. Contohnya saya punya klinik, maka saya bisa menjalin kerjasama penelitian dengan dokter atau rumah sakit lain yang memiliki laboratorium dan peralatan yang memadai. Kita bisa bekerjasama dengan bidang-bidang lain seperti biologi, teknik dan kesehatan masyarakat," kata dr Ratna.

Untuk membangun lab ini, total dana yang dikeluarkan adalah Rp 32 miliar dengan perincian Rp 9 miliar dialokasikan untuk pembangunan fisik dan Rp 23 miliar dialokasikan untuk peralatan. Lab ini mencakup berbagai macam laboratorium seperti laboratorium kimia dan preparasi dasar, laboratorium sekuensing DNA dan analisis protein, laboratorium isotop dan pencitraan, serta laboratorium pelayanan.

Keseluruhan dana ini berasal dari dana yang dihimupun FKUI, tanpa ada tambahan dana dari pemerintah. Tak hanya itu, rencananya, FKUI juga akan membangun sebuah gedung pusat penelitian yang disebut Medical Education and Research Center (MERC). Gedung ini dialokasikan menghabiskan dana sebesar 465 juta USD atau sekitar Rp 4,26 triliun. Saat ini, gedung ini sedang berada dalam tahap perencanaan.


(pah/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar