Selasa, 24 April 2012

Angka Harapan Hidup Wanita Tinggi, Tapi Tingkat Pendidikannya Rendah

Browser anda tidak mendukung iFrame



(Foto: Thinkstock)
Jakarta, Dalam sebuah keluarga, keberadaan sosok ibu sangat penting dalam membesarkan dan mengasuh anak, serta mengelola kebutuhan keluarga, apalagi dalam masyarakat tradisional. Sayangnya, perempuan yang notabene merupakan calon ibu ini masih kurang pemberdayaannya di Indonesia.

Memang kemajuan yang dicapai oleh perempuan Indonesia untuk mendapat akses dalam pembangunan sudah sangat tinggi dibandingkan beberapa puluh tahun lalu. Namun budaya patriarki masih meyebabkan pencapaian perempuan dibanding laki-laki lebih rendah.

"Walaupun dari aspek angka harapan hidup, usia harapan hidup perempuan perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki, namun angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah pada laki-laki masih lebih tinggi dibanding perempuan," kata Linda Amalia Sari Gumelar, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI dalam acara Seminar Teleconference Koalisi Kependudukan di Auditoditorium BKKBN Pusat Jakarta, Selasa (24/4/2012).

Menurut data dari BPS tahun 2010, usia harapan hidup perempuan Indonesia adalah 71,74 tahun, sedangkan laki-laki 67,51 tahun. Namun, angka melek huruf laki-laki adalah 95,65. Sedangkan pada perempuan hanya 90,52. Selain itu, rata-rata lama sekolah laki-laki berada pada angka 8,34 tahun dan perempuan berada pada 7,5 tahun.

Ketimpangan ini makin terlihat jelas jika melihat kontribusi perempuan dalam pendapatan nasional. Sumbangan pendapatan perempuan masih berada di urutan 33,5, jauh di bawah laki-laki yang mencapai 66,5. Jika dibandingkan dengan negara lain, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia saat ini berada pada peringkat 124 dari 187 negara di dunia.

"Jika capaian-capaian indikator di atas sudah seimbang antara laki-laki dan perempuan, Indonesia sejatinya dapat meraih peringkat IPM yang lebih baik lagi di tahun-tahun mendatang," kata Meneg PP&PA.

Lebih lanjut lagi, Meneg PP&PA mengarahkan kebijakan pembangunan pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender pada 3 aspek strategis, yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Salah satu upaya kongkritnya adalah menyusun kebijakan mengenai industri rumahan, sebab hampir 70% perempuan berkiprah di sektor informal atau ekonomi rumah tangga.

Pentingnya pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender ini tak lepas dari tujuan besar untuk menyejahterakan keluarga. Sebab memberdayakan perempuan akan sekaligus berdampak pada pemberdayaan keluarga. Setiap anak memerlukan sosok panutan, baik dari sisi ibu dan ayahnya.

Apabila anak sudah mengenal kesetaraan gender sejak dini, nilai-nilai yang dikembangkan anak akan lebih seimbang dan harmonis. Kerja sama antara ibu dan ayah akan membantu pembentukan karakter anak yang menghargai sesama dan bertanggungjawab.

(pah/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar