Rabu, 11 April 2012

Cetak Penduduk Berkualitas Jadi PR Besar BKKBN

Browser anda tidak mendukung iFrame



(foto: Thinkstock)
Jakarta, Indonesia akan mengalami bonus demografi pada tahun 2020 - 2030 nanti dengan meningkatnya jumlah penduduk usia produktif. Tapi akan menjadi beban besar buat bangsa jika penduduk produktifnya tidak berkualitas.

Saat ini, sekitar 66% penduduk Indonesia adalah usia produktif dengan rasio ketergantungan 51, yang artinya 100 orang usia produktif menanggung 51 orang usia non produktif. Pada tahun 2020-2030 nanti mendatang, Indonesia akan memiliki 70% usia produktif dengan rasio ketergantungan yang relatif rendah, yaitu sekitar 44 - 48.

"Bonus demografi ini bisa menjadi keuntungan jika penduduk usia produktif di Indonesia berkualitas dan mendapat pendidikan yang layak. Namun bisa juga menjadi kerugian jika penduduk usia produktif kurang berkualitas," kata dr Wendy Hartanto, M.A., deputi bidang pengendalian penduduk BKKBN dalam acara diskusi dwimingguan di aula kantor kantor pusat BKKBN, Jakarta, Rabu (11/4/2012)..

Untuk mempersiapkan hal ini, BKKBN melakukan beberapa program yang menargetkan para remaja dan keluarga muda. Salah satunya adalah membuat Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera di Yogjakarta dan Bandung. Di tempat ini, disediakan berbagai tenaga ahli untuk mempersiapkan pasangan yang hendak menikah dan pasangan menkah mengenai keluarga sejahtera.

Selain itu, BKKBN juga mengkampanyekan program Generasi Berencana di sekolah-sekolah. Melalui kegiatan ini, para siswa akan dipersiapkan untuk memiliki rencana bagaimana mempersiapkan keluarganya dengan matang sehingga terbentuk keluarga ideal.

Menurut hasil survei BPS pada tahun 2010 lalu, jumlah penduduk Indonesia adalah 237,6 juta jiwa. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 244,2 juta jiwa pada bulan Maret 2012 lalu. Di antara sekian juta penduduk tersebut, 30 juta orang atau 12,5% adalah penduduk miskin. Dalam survei mengenai lama pendidikan, rata-rata penduduk Indonesia menempuh pendidikan selama 5,8 tahun atau tidak tamat SD.

Akibatnya, banyak anak-anak di usia muda yang mau tidak mau harus ikut orang tuanya mencari uang. Rendahnya angka pendidikan ini diperparah dengan tingginya angka pengangguran. Di Indonesia, angkatan kerja bertambah 900 ribu orang setiap tahunnya. Mayoritas di antaranya adalah orang yang berpendidikan SD dan SMP. Tahun 2010, tercatat sekitar 2,1 juta siswa keluar dari sekolah SD dan SMP. 300 ribu di antaranya terkendala masalah biaya.

"Kekhawatiran ini akan bertambah jika usia angkatan kerja tidak terserap pasar kerja dengan baik. Maka, bisa dikatakan bahwa pengangguran merupakan sumber utama kemiskinan massal, baik kemiskinan materi maupun non material," kata Wendy.

Kelompok usia produktif berada pada usia kerja dan usia subur, yaitu antara 16-65 tahun. Apabila kebanyakan penduduk berusia produktif memiliki kualitas yang rendah, maka akan menyebabkan banyak kerugian, misalnya rendahnya produktivitas, mutu tenaga kerja yang rendah, pertumbuhan ekonomi lamban dan daya saing di pasar global yang rendah.


(pah/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar