Selasa, 02 Agustus 2011

Penelitian Terbaru Buktikan Cuci Usus Tidak Bermanfaat

Your browser does not support iframes.



foto: ThinkstockJakarta, Cuci usus atau colon irrigation sempat populer karena diklaim bisa membuang racun dan kotoran di dalam saluran pencernaan. Namun berbagai penelitian membuktikan, terapi ini tidak ada manfaatnya dan bahkan lebih banyak efek sampingnya.

Pada prinsipnya, cuci usus dilakukan dengan mengalirkan cairan dalam jumlah tertentu untuk meluruhkan berbagai pengotor serta racun yang ada di usus. Cairan itu dialirkan melalui pipa khusus yang dimasukkan lewat kerongkongan menuju lambung.

Tempat-tempat spa dan perawatan kesehatan alternatif banyak menawarkan layanan tersebut, dengan jaminan bisa menurunkan berat badan dan menjaga kesehatan saluran pencernaan. Sayangnya di tempat-tempat seperti itu, cuci usus tidak selalu dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terpercaya.

Akibatnya justru berbahaya, karena bisa memicu efek samping berupa mual-muntah, kram dan rasa begah atau kembung di perut. Dalam kasus yang sangat parah, cuci usus juga dapat memicu risiko paling fatal yakni gagal ginjal yang bisa berakhir dengan kematian.

Dr Ranit Mishori, peneliti dari Georgetown University baru-baru ini kembali membuktikan bahwa terapi cuci usus tidak memberikan manfaat seperti yang digembar-gemborkan. Bahkan karena banyak risikonya, Dr Mishori tidak menganjurkannya untuk dilakukan terlalu sering.

"Ada konsekuensi serius bagi orang yang melakukan cuci usus, baik di spa maupun melakukannya sendiri di rumah. Apapun bentuknya baik dengan herbal maupun pencahar, semua hampir tidak bermanfaat," ungkap Dr Mishori dalam laporannya di Journal of Family Practice, seperti dikutip dari Foxnews, Selasa (2/8/2011).

Kesimpulan tersebut merupakan hasil kajian Dr Mishori terhadap 20 penelitian sebelumnya yang mempelajari cuci usus. Hampir semua penelitian tersebut menunjukkan hasil yang konsisten, bahwa cuci usus tidak banyak memberikan manfaat dan justru lebih banyak risikonya.

Prosedur cuci usus sendiri sudah dikenal sejak peradaban Mesir Kuno, namun baru diakui oleh American Medical Association pada abad ke-20. Popularitasnya sangat mendunia, terutama setelah beberapa selebritas mengaku sudah merasakan manfaatnya seperti aktris Jennifer Aniston dan Courtney Love, bahkan Lady Diana.

(up/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar