Rabu, 17 Agustus 2011

Paulus Agustinus, Perawat Pejuang di Pulau Wetar

Your browser does not support iframes.



Paulus J Agustinus (dtkhealth)Jakarta, Pulau Wetar adalah salah satu pulau yang sulit dijangkau. Pulau yang masuk di kabupaten Maluku Barat Daya ini termasuk dalam barisan pulau terluar dan berbatasan dengan negara Timor Leste. Di pulau yang terisolasi ini, perawat Paulus J Agustinus harus berjuang keras menyelamatkan warga dari ancaman Malaria, TBC, Kusta dan Filariasis (Kaki Gajah).

Paulus bukanlah dokter tapi hanya seorang perawat. Tapi dedikasi Paulus di pulau terpencil ini sungguh luar biasa. Kondisi pulau yang bergunung-gunung dan berpantai membutuhkan perjuangan ekstra dan terkadang harus bertarung nyawa untuk menaklukkan medan yang berat demi mendatangi warga yang sakit.

Paulus yang bertugas di Puskesmas Ilwaki, kecamatan Wetar kabupaten Maluku Barat Daya ini sudah harus berjuang keras sejak pertama ditempatkan di wilayah itu tahun 1983. Di usianya yang hampir 50 tahun, Paulus sudah menjadi perawat bagi warga Wetar selama 28 tahun.

Jangkauan antar desa disana terbilang susah ditambah dengan sulitnya transportasi, bahkan di awal kedatangannya di pulau tersebut ia harus menjadi tenaga kesehatan untuk 23 desa.

Kondisi geografis Pulau Wetar yang sulit dijangkau membuat penyakit-penyakit yang paling mendasar dan sebenarnya bisa diobati masih menjadi endemis. Beberapa penyakit seperti malaria, TBC (tuberculosis), kusta dan filariasis masih mengepung pulau ini.

Untuk mengobati warga yang sakit, Paulus harus menyambangi rumah warga di desa-desa yang jaraknya puluhan kilometer. Petugas kesehatan tidak bisa membawa pasien ke puskesmas karena sangat berbahaya di jalan bisa mengundang risiko kematian. Terlebih di puskesmas Wetar juga belum ada fasilitas rawat inap.

"Karena kalau orang sakit dengan wilayah seperti itu dievakuasi bisa mati di jalan, makanya petugas kesehatan yang datang ke desa. Dan kalau di Wetar itu kita seperti bertarung nyawa," ujar Paulus, saat ditemui detikHealth di acara Menkes menerima 132 tenaga kesehatan teladan nasional 2011 di gedung Kemenkes Jakarta, seperti ditulis Rabu (17/8/2011).

Untuk mengatasi TB, maka Paulus dan beberapa rekannya berkeliling dari satu desa ke desa lainnya sambil membawa mikroskop untuk melakukan pemeriksaan. Hal ini dilakukan karena tidak bisa mengharapkan masyarakat datang memeriksakan diri ke puskesmas sehingga ia dan rekannya harus menjemput masyarakat.

"Paling dekat itu 16 km dari desa ke puskesmas, ada juga yang sampai 20-30 km dari satu desa ke desa lainnya. Jadi seringkali kita makan siang di jalan sambil membawa mikroskop," ujar Paulus yang juga menjabat sebagai kepala puskesmas sejak tahun 1993.

Untuk mendekati masyarakat di daerah tersebut, Paulus melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan kepala desa dan juga tokoh agama untuk menyampaikan maksud tujuannya apa. Jika sudah tercipta koordinasi maka masyarakat mau berkumpul dan diberikan penyuluhan, sehingga masyarakat bisa koperatif dan menerima dengan baik.

"Tapi saya sangat berbahagia dan serius melayani masyarakat disana, hal itu yang membuat saya susah untuk meninggalkan Wetar. Saya pikir suka duka itulah yang menjadi lika liku hidup dan saya yakin ada berkat yang bisa didapatkan," ujar lelaki kelahiran 18 Desember 1961.

Paulus mensyukuri bisa hidup untuk membantu sesama. Bantuan yang saat ini diterima dari pemerintah seperti BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) dimanfaatkan untuk kegiatan pelayanan yang sifatnya promotif dan preventif, sedangkan untuk kuratifnya menggunakan dana Jamkesmas dan operasional kesehatan dari daerah.

"Saya harapkan mudah-mudahan ada rekan atau adik-adik yang bisa punya jiwa untuk melayani dengan serius dan memiliki keberpihakan pada masyarakat kecil. Sekarang saya tengah memberikan pembinaan dan motivasi untuk kaderisasi jika nanti saya pensiun. Saat ini sudah ada 19 orang yang berasal dari beberapa kabupaten," ujar bapak dari 3 orang anak ini.

Di Wetar terdapat 2 puskesmas untuk rawat jalan yakni puskesmas di Ilwaki dan Wonreli, puskesmas untuk fungsi rawat inap baru bisa diusahakan tahun 2012. Di Wetar hanya memiliki 2 dokter PTT (Pegawai Tidak Tetap) yang masa kontraknya hanya selama 6 bulan atau 1 tahun.

Karena minimnya fasilitas dan sulitnya menempuh jarak ke puskesmas, akibatnya menurut Paulus banyak warga yang memilih berobat ke Timor Leste di distrik terdekat seperti Atauruk.



(ver/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar