Your browser does not support iframes.
(Foto: thinkstock)Kendari, Di mana-mana, kampanye penggunaan kondom sering mendapat penolakan karena dianggap bisa memicu perilaku seks bebas. Namun di Kendari, tidak ada yang menolak kondom maupun metode kontrasepsi lainnya karena sosialisasinya berjalan sukses.
Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Nur Alam mengatakan tidak ada alasan untuk menolak kondom untuk mencegah kehamilan. Kondom hanya salah satu dari banyak pilihan alat atau metode kontrasepsi yang bisa digunakan oleh akseptor (peserta KB) pria.
Pilihan untuk menggunakan kondom tergantung minat masing-masing, sehingga tidak bisa diganggu gugat. Dibandingkan kontrasepsi untuk pria yang lain seperti vasektomi atau sterilisasi, kondom memang lebih praktis meski peluang kegagalannya sedikit lebih tinggi.
Selain karena sosialisasi yang dilakukan pemerintah daerah cukup efektif, media dinilai turut mempengaruhi respons masyarakat. Lewat berbagai tayangan di media, masyarakat jadi tahu bahwa kondom bukan cuma alat pelindung bagi pelaku seks bebas tetapi juga bisa membatasi angka kelahiran.
"Sejauh ini tidak ada resistensi (penolakan) terhadap sosialisasi kondom. Semua tergantung keinginan masing-masing, ada yang suka memakai kondom ada yang memilih kontrasepsi yang lain," ungkap Nur Alam saat ditemui di Rumah Jabatan Gubernur Sultra, Kendari, Selasa malam (14/6/2011).
Oleh karena itu, tak heran jika di Kendari banyak pria yang berminat menggunakan kondom. Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala Badan KB dan Pemberdayaan Perempuan Kota Kendari, Normadia mengatakan bahwa sosialisasi kondom di kalangan tukang becak direspons sangat positif.
"Responsnya sangat bagus, penggunaan kondom sangat diminati oleh para tukang ojek. Tentunya kami berharap, tidak cuma tukang ojek yang mau terlibat dalam KB. Tukang ojek saat ini dipilih sebagai sasaran sosialisasi karena alasan praktis saja," ungkap Normadia.
Tidak adanya penolakan kondom sebagai alat kontrasepsi menunjukkan bahwa keterlibatan kaum pria dalam program KB cukup tinggi. Meski peminat kontrasepsi jangka panjang untuk pria seperti vasektomi juga meningkat, pria yang berminat memakai kondom di Kendari jumlahnya masih lebih banyak.
Secara umum, Nur Alam menilai bahwa makin banyaknya pria yang terlibat dalam program KB baik melalui vasektomi maupun penggunaan kondom dipicu oleh meningkatnya kesadaran masyarakat. Jika dulu punya banyak anak dianggap mendatangkan rezeki, kini banyak anak berarti banyak beban dan tanggung jawab.
(up/ir

(Foto: thinkstock)Kendari, Di mana-mana, kampanye penggunaan kondom sering mendapat penolakan karena dianggap bisa memicu perilaku seks bebas. Namun di Kendari, tidak ada yang menolak kondom maupun metode kontrasepsi lainnya karena sosialisasinya berjalan sukses.
Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Nur Alam mengatakan tidak ada alasan untuk menolak kondom untuk mencegah kehamilan. Kondom hanya salah satu dari banyak pilihan alat atau metode kontrasepsi yang bisa digunakan oleh akseptor (peserta KB) pria.
Pilihan untuk menggunakan kondom tergantung minat masing-masing, sehingga tidak bisa diganggu gugat. Dibandingkan kontrasepsi untuk pria yang lain seperti vasektomi atau sterilisasi, kondom memang lebih praktis meski peluang kegagalannya sedikit lebih tinggi.
Selain karena sosialisasi yang dilakukan pemerintah daerah cukup efektif, media dinilai turut mempengaruhi respons masyarakat. Lewat berbagai tayangan di media, masyarakat jadi tahu bahwa kondom bukan cuma alat pelindung bagi pelaku seks bebas tetapi juga bisa membatasi angka kelahiran.
"Sejauh ini tidak ada resistensi (penolakan) terhadap sosialisasi kondom. Semua tergantung keinginan masing-masing, ada yang suka memakai kondom ada yang memilih kontrasepsi yang lain," ungkap Nur Alam saat ditemui di Rumah Jabatan Gubernur Sultra, Kendari, Selasa malam (14/6/2011).
Oleh karena itu, tak heran jika di Kendari banyak pria yang berminat menggunakan kondom. Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala Badan KB dan Pemberdayaan Perempuan Kota Kendari, Normadia mengatakan bahwa sosialisasi kondom di kalangan tukang becak direspons sangat positif.
"Responsnya sangat bagus, penggunaan kondom sangat diminati oleh para tukang ojek. Tentunya kami berharap, tidak cuma tukang ojek yang mau terlibat dalam KB. Tukang ojek saat ini dipilih sebagai sasaran sosialisasi karena alasan praktis saja," ungkap Normadia.
Tidak adanya penolakan kondom sebagai alat kontrasepsi menunjukkan bahwa keterlibatan kaum pria dalam program KB cukup tinggi. Meski peminat kontrasepsi jangka panjang untuk pria seperti vasektomi juga meningkat, pria yang berminat memakai kondom di Kendari jumlahnya masih lebih banyak.
Secara umum, Nur Alam menilai bahwa makin banyaknya pria yang terlibat dalam program KB baik melalui vasektomi maupun penggunaan kondom dipicu oleh meningkatnya kesadaran masyarakat. Jika dulu punya banyak anak dianggap mendatangkan rezeki, kini banyak anak berarti banyak beban dan tanggung jawab.
(up/ir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar