Senin, 20 Juni 2011

Tak Ada Kata Terlambat untuk Jadi Dokter

Your browser does not support iframes.



Mike Moore (Foto: CNN)Washington, Rata-rata mahasiswa yang menempuh pendidikan kedokteran akan lulus dan mendapatkan gelar dokter pada usia 24 atau 25 tahun. Tapi tak ada kata terlambat untuk menjadi dokter. Inilah yang dialami seorang pria yang baru mendapat gelar dokter di usia 50-an tahun.

Mike Moore adalah pria yang baru memutuskan masuk sekolah kedokteran saat usianya sudah di pertengahan 40-an tahun. Pada saat Moore selesai sekolah dan memulai karirnya sebagai seorang dokter, maka usianya sudah lebih dari 50 tahun.

Sebagai mahasiswa kedokteran tahun kedua di Pacific Northwest University of Health Sciences, Moore mendapatkan kuliah dari profesor yang lebih muda darinya dan duduk dengan teman sekelas yang cukup tua untuk menjadi anak-anaknya.

"Saya sedikit agak menonjol," kata Moore (48 tahun) yang juga seorang Mayor Angkatan Darat, seperti dilansir CNN, Selasa (21/6/2011).

Banyak orang yang beralih profesi pada usia setengah baya yang sebagian besar disebabkan oleh stres kerja. Namun, jarang orang beralih ke rute yang lebih ketat seperti menjadi dokter di usia 40 atau 50-an tahun.

Dokter adalah bidang pekerjaan yang membutuhkan 7 hingga 11 tahun pendidikan (di Indonesia bisa 5 atau 6 tahun pendidikan), termasuk pendidikan pasca-medis residensi dengan 80 jam kerja dalam seminggu.

Calon dokter seperti Moore disebut sebagai mahasiswa non-tradisional dan mereka adalah kandidat yang menarik untuk sekolah kedokteran.

"Beberapa dari mereka telah menjadi calon paling diinginkan," kata David Muller, dekan pendidikan kedokteran di Mount Sinai School of Medicine.

Menurut Asosiasi American Medical Colleges, tahun lalu ada 9 persen dari pelamar sekolah kedokteran di atas usia 29 tahun. Data statistik tersebut tetap stabil dalam lima tahun terakhir. Jika masuk sekolah pada usia 29 tahun, itu berarti setelah selesai masa pendidikan mereka akan menjadi dokter di usia 40-an tahun.

"Pelamar non-tradisional adalah sebuah misi. Mereka sudah meninggalkan pekerjaan sebelumnya yang menguntungkan. Kebanyakan orang yang datang ke saya dengan menangis," kata Dr Suzanne Miller, konsultan penerimaan sekolah medis.

Menurut Dr Miller, mereka berpikir mereka gila untuk bisa menjadi dokter di usia yang sudah sangat tua, tapi Dr Miller mendukungnya.

"Sekolah kedokteran yang menerima mahasiswa non-tradisional karena kecerdasan emosional yang sama atau bahkan lebih penting daripada IQ," jelas Dr Miller.

Mahasiswa non-tradisional, lanjut Dr Miller, lebih cenderung memiliki pengalaman kehidupan nyata seperti merawat orang sakit atau berurusan dengan kematian. Mereka mungkin lebih mampu berhubungan dengan pasien, karena mereka sudah bekerja di luar pengaturan akademik.

Moore yang bersekolah di Yakima, Washington, mempertaruhkan banyak hal untuk menempuh sekolah kedokteran. Keluarganya sekarang bergantung pada istri sebagai pencari nafkah tunggal sampai dia selesai sekolah. Mereka memiliki dua anak.

"Saya akan memberikan segalanya dan menjadi seorang dokter," kata Moore.

Istrinya yang juga seorang dokter anak mendukung keputusan tersebut.

Moore belajar untuk tes penerimaan sekolah kedokteran di Irak saat menjalani misi. Ia terbang ke Qatar untuk menjalani ujain dan menginap di sebuah rumah sakit militer AS.

Setelah bekerja sebagai asisten dokter militer, ia memutuskan untuk mengejar D.O (doctor of osteopathic medicine) atau dokter osteopathic (gelar doktor profesional untuk dokter di Amerika Serikat yang memiliki hak dan tanggung jawab yang sama sebagai orthopaedi).




(mer/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar