Kamis, 10 Maret 2011

Pasien Gagal Ginjal Masih Bisa Aktif Bekerja

Your browser does not support iframes.



Ketut dan istri (Foto: Merry)Jakarta, Gagal ginjal bukan akhir dari segalanya. Dengan gagal ginjal, seseorang masih tetap bisa melakukan aktivitas rutin seperti biasa, hanya saja perlu suatu tindakan terapi pengganti ginjal.

Untuk dapat tetap aktif dan bekerja, pasien gagal ginjal perlu melakukan suatu tindakan terapi pengganti ginjal agar ginjal dapat berfungsi dengan baik, tetapi biaya yang dibutuhkan untuk terapi tersebut memang cukup mahal.

Salah satu pasien yang bisa tetap aktif bekerja meski telah divonis gagal ginjal sejak 14 tahun yang lalu adalah I Ketut Nesa Sumarbwa (45 tahun).

Ketut divonis menderita gagal ginjal sejak 19 Mei 1996. Ketut tidak memiliki faktor risiko penyakit ginjal seperti hipertensi, diabetes dan juga tidak merokok.

"Awalnya saya hanya mual-mual dan pada waktu itu dokter kantor bilang kalau saya maag," kenang Ketut saat ditemui pada acara Konferensi Pers Hari Ginjal Sedunia 'Protect Your Kidney Save Your Heart' di Gedung Ziebart PT Kalbe Farma, Jakarta, Kamis (10/3/2011).

Ketut tak pernah curiga dirinya menderita gagal ginjal. Ia mengikuti petunjuk dokter yang memberinya berbagai obat selama 3 bulan.

Tapi setelah 3 bulan tersebut, kondisinya makin melemah, hemoglobin rendah dan bawaannya selalu marah.

Ia akhirnya pindah rumah sakit. Ia sempat dirawat seminggu tetapi dokter belum mau memberi tahu kondisi sebenarnya.

"Setelah 2 minggu tubuh saya bengkak, semua badan bengkak. Dan setelah 1 minggu saya pindah ke RS St Carolus, 1 minggu berobat jalan dan minggu kedua dirawat," lanjut Ketut yang masih aktif bekerja sebagai Tata Usaha di TASPEN.

Setelah dirawat 1 minggu itulah dokter memvonisnya gagal ginjal dan harus segera hemodialisis (cuci darah).

"Akhirnya dari tahun 1997 sampai sekarang saya rutin cuci darah 2 kali seminggu. 1 kali cuci darah bisa habis Rp 700.000 di luar obat, kalau ditambah obat bisa sampai sekitar Rp 1.000.000," jelas Ketut yang lahir pada 24 April 1966.

Menurutnya, bila tidak melakukan hemodialisis (HD) tubuhnya akan terasa sesak yang luar biasa.

Ketut yang masih tampak bugar dan bersemangat menuturkan, ia tidak memiliki faktor risiko mengalami penyakit ginjal. Ia juga tidak merokok dan rajin olahraga.

Menurut dokter, ginjalnya mengalami pengecilan karena adanya peradangan pada glomerulus (penyakit glomerular).

"Tadinya saya sempat shock dan drop, karena waktu itu umur saya masih 31 tahun dan anak saya masih umur 2 tahun. Tapi karena istri saya selalu memberi semangat dan dukungan dari keluarga, saya juga jadi semangat," jelas Ketut.

Sejak tahun 1997 hingga sekarang, Ketut harus rutin melakukan hemodialisis 2 minggu sekali, yaitu hari Senin dan Kamis.

Dia juga mengaku masih aktif bekerja sebagai TU di kantor TASPEN yang bertugas menerima dan mengirimkan surat.

Gagal ginjal tak menghalangi aktivitasnya, ia masih tetap bersemangat bekerja, bahkan masih bisa jalan-jalan keluar kota seperti di Bali dan Solo.

"Saya masih tetap bekerja hingga sekarang," jelas Ketut.

Masalah biaya, ia mengaku sangat terbantu dengan asuransi kesehatan yang diberikan oleh kantornya.

"Untungnya, semua biaya untuk cuci darah ini 100 persen ditanggung oleh kantor (TASPEN), jadi kami hanya memikirkan ongkos buat bolak balik rumah sakit saja," jelas Niluh, istri Ketut.

dr Tunggul D Situmorang, SpPD.KGH, Direktur RS PGI Cikini dan juga ahli ginjal menuturkan bahwa terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis bisa memperpanjang harapan hidup pasien, bahkan hingga 35 tahun.

"Dialisis itu adalah peluang dan peluang itu harus diraih. Penuh tantangan memang iya, karena biayanya yang mahal. Tapi ini bisa membuat pasien gagal ginjal tetap aktif bahkan bekerja. Orang boleh kena gagal ginjal, tapi jangan gagal hidup. Kebanyakan sekarang orang yang divonis penyakit ginjal malah perginya ke 'orang pintar', tapi bukan dokter," jelas dr Tunggul.

Untuk membantu pasien gagal ginjal, sampai saat ini hanya ada 3 macam terapi pengganti ginjal, yaitu:
  1. Hemodialisis (HD) atau dikenal dengan cuci darah
  2. Dialisis Peritoneal (atau cuci darah lewat perut)
  3. Transplantasi atau cangkok ginjal

Berikut rincian biaya untuk masing-masing terapi pengganti ginjal:
Biaya Transplantasi Hemodialisis (HD) Dialisis Peritoneal
    Non Askes Askes Non Askes Askes
Awal 200-500 juta 2,3 juta 0 2,3 juta 0
Per bulan 6-7 juta 5-6 juta 120-480 ribu 5-6 juta 1 juta
(mer/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar