Jumat, 18 Maret 2011

Pemicu Demam Pada Manusia Mirip Kelainan Gen Pada Anjing

Your browser does not support iframes.



Anjing Shar Pei (Thinkstock)Cambridge, Kulit tebal dan keriput yang menjadi ciri khas anjing Shar-Pei punya kaitan erat dengan demam musiman pada manusia. Penyebabnya sama, yakni kelainan gen tertentu yang pada manusia bisa memicu peningkatan risiko peradangan.

Penelitian yang dimuat dalam edisi terbaru jurnal PLoS Genetics mengungkap, kulit keriput pada anjing Shar-Pei dipicu oleh senyawa hyaluronan. Kadarnya berlebih karena ras anjing asal China ini mengalami mutasi pada gen hyaluronan synthase 2 (HAS2).

Para peneliti juga mengungkap bahwa peningkatan kadar senyawa hyaluronan dialami oleh manusia meski tidak menyebabkan kulitnya menjadi keriput. Pada manusia, peningkatan senyawa tersebut terjadi ketika tubuh menghadapi serangan infeksi kuman penyebab penyakit.

Ketika kadar hyaluronan meningkat, tubuh mengaktifkan sistem kekebalan dan memicu terjadinya radang (autoinflammatory). Selain ditandai dengan gejala khas bercak kemerahan (rubor), bengkak (tumor) dan nyeri (dolor), radang juga dicirikan dengan demam (calor).

Temuan ini mengungkap penyebab sindrom demam musiman (auto inflammatory periodic fever syndrome) yang dialami oleh sebagian manusia sebagai penyakit keturunan. Selama ini, sebagian besar kasus yang dilaporkan tidak diketahui apa penyebab sesungguhnya.

Hampir mirip demam pada umumnya, gejala yang ditimbulkan oleh sindrom demam musiman antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Panas tinggi
  2. Nyeri di persendian
  3. Nyeri perut.

Demam musiman hanya salah satu dari berbagai gejala yang menyertai sindrom autoinflamatory atau peradangan akibat kelainan genetik pada manusia. Gejala lain yang juga sering dilaporkan adalah lesi (luka) di kulit yang tidak diketahui penyebabnya.

"Temuan bahwa hyaluronan merupakan pemicu demam musiman membuka jalan bagi penelitian lain di bidang autoinflamatory atau radang akibat kelainan genetik pada manusia," ungkap Kerstin Lindblad-Toh dari Broad Institute di Cambridge, seperti dikutip dari Healthday, Jumat (18/3/2011).

(up/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar