Kamis, 24 Maret 2011

Alasan Pasien Takut Biopsi?

Your browser does not support iframes.



foto: ThinkstockJakarta, Biopsi sangat penting dilakukan untuk menentukan jenis terapi yang perlu diberikan. Meski hasilnya penting untuk menentukan jenis terapi, tapi banyak pasien yang menolak dibiopsi.

Biopsi adalah pemeriksaan medis yang dilakukan dengan mengambil sebagian sampel jaringan untuk diamati di laboratorium. Biopsi dilakukan dengan sayatan atau suntikan karena harus mengambil cairan di lokasi penentuan penyakit.

Pada pasien kanker, jaringan yang menjadi lokasi tumbuhnya tumor diambil sedikit lewat sayatan atau pemotongan untuk memastikan jenis tumor serta tingkat keganasannya.

Namun yang berkembang di masyarakat, jika tumor sering diutak-atik untuk biopsi atau pemeriksaan sampel jaringan, maka akan menjadi lebih ganas.

Tidak sedikit yang mempercayai mitos ini, sehingga beberapa pasien takut berobat maupun memeriksakan diri. Itulah kebanyakan alasan pasien tidak mau dibiopsi karena takut hasilnya lebih buruk.

Padahal biopsi sangat penting dilakukan untuk menentukan jenis terapi yang perlu diberikan. Makin akurat pemeriksaannya, makin tepat pula pengobatan yang diberikan sehingga peluang kesembuhannya juga akan semakin tinggi.

"Kalau ada yang tumornya makin ganas setelah diutak-atik (untuk biopsi), itu karena aslinya memang ganas," kata pakar kanker, Dr Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP dalam acara penyerahan bantuan dari Jakarta Run Against Cancer Everyone (RACE) untuk Yayasan Kanker Indonesia (YKI), di Hotel Four Seasons Jakarta, Kamis (24/3/2011).

Mitos bahwa biopsi menyebabkan tumor makin ganas justru menakut-nakuti pasien untuk sesegera mungkin memeriksakan diri. Akibatnya pemeriksaan sering tertunda hanya karena pasiennya ragu-ragu, sementara jika memang tumornya ganas maka kondisinya akan terus memburuk.

Dalam menghadapi vonis atau diagnosis kanker, Dr Aru mengatakan pasien tidak boleh terlalu lama merasa bimbang. Hal terpenting yang harus segera dilakukan adalah mencari informasi tentang jenis tumor yang dideritanya, antara lain dari dokter yang merawatnya.

Jika kurang puas dengan informasi dokter yang bersangkutan, pasien bisa mencari sumber lain termasuk dengan menghubungi lembaga-lembaga yang terkait misalnya YKI. Selain menyediakan dokter yang siap memberikan konseling, YKI juga siap memberikan rujukan ke pakar-pakar yang lebih kompeten jika memang diperlukan.

Dalam hal ini, peran keluarga dan lingkungan sangat dibutuhkan untuk memberikan dorongan semangat pada pasien. Mengingat kanker relatif sulit disembuhkan, pasien seringkali panik dan stres kemudian malah menarik diri dari pergaulan dengan lingkungan maupun keluarganya.

(up/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar