Senin, 21 Maret 2011

Penderita Ginjal Banyak Meninggal Karena Jantung

Your browser does not support iframes.



(Foto: thinkstock)Jakarta, Sebelum sampai pada tahap dialisis atau cuci darah, pasien yang mengalami penyakit ginjal kronik ternyata lebih banyak meninggal karena penyakit jantung, bukan karena ginjalnya.

Penyakit ginjal kronik saat ini mendapat lebih banyak perhatian karena sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia.

Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami kelainan struktur atau gangguan fungsi yang sudah berlangsung lebih dari tiga bulan.

Selain itu, seseorang dikatakan PGK bila fungsi ginjalnya yang diukur dengan estimasi laju filtrasi glomerular (eLFG) kurang dari 60 mL/menit.

"Ginjal sebenarnya tidak menyebabkan kematian, yang membuat orang meninggal karena jantungnya berhenti, kalau ginjalnya mati kan bisa didialisis. Oleh karena itu, lebih banyak orang PGK yang meninggal karena penyakit jantung sebelum mencapai gangguan ginjal tahap terminal (stadium akhir)," jelas Prof. Dr. dr. Suhardjono, SpPD-KGH, KGer, Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) dalam acara Temu Media 'Pentingnya Kontrol Tekanan Darah pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik' di Bebek Bengil Resto, Jakarta, Senin (21/3/2011).

Menurut Prof Jhon, pasien PGK tahap awal mempunyai risiko 5 sampai 10 kali lipat meninggal karena kejadian jantung dibandingkan pasien gangguan jantung terminal yang harus menjalani dialisis (cuci darah).

Pasien PGK juga memiliki risiko penyakit jantung 20 kali lipat dibandingkan dengan orang normal.

Mengapa demikian?

dr. Dharmeizar, SpPD-KGH dari Divisi Ginjal-Hipertensi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM menjelaskan, ketika seseorang mengalami kelainan ginjal maka akan terjadi kelainan-kelainan yang bisa menyebabkan kerusakan di jantung, seperti anemia (kekurangan darah), toksin uremik, hiperkalemia (kadar kalium darah tinggi), malnutrisi, peradangan kronik, yang akhirnya menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan folat sehingga lama-lama menyebabkan kerusakan di jantung.

"Oleh karena itu, lebih banyak orang PGK yang meninggal karena penyakit jantung bukan karena ginjalnya," lanjur dr. Dharmeizar.

dr. Dharmeizar menjelaskan, banyak orang yang tidak menyadari dirinya menderita PGK karena memang PGK biasanya tidak menunjukkan gejala-gejala umum.

"Kebanyakan pasien sudah datang pada stadium lanjut dan menunjukkan gejala seperti muntah-muntah, sesak napas karena kelebihan cairan di paru-paru, mual, pucat, bengkak-bengkak," jelas dr. Dharmeizar.

Padahal sebenarnya, lanjut dr. Dharmeizar, PGk dapat dicegah dan diperlambat.

Bagaimana mencegah PGK?

"PGK umumnya tidak bergejala, jadi yang bisa dilakukan adalah cukup dengan tes urine sederhana yang harganya relatif murah," jelas dr. Dharmeizar.

PGK bisa dideteksi dengan tes urine sederhana untuk mengukur kadar protein dalam urine. Bila protein urine positif dan terjadi selama lebih dari 3 bulan maka orang tersebut bisa dikatakan mengalami penyakit ginjal kronik.

Bila pada tes urine ditemukan kadar kreatin positif maka orang tersebut sudah mengalami PGK tingkat lanjut.

Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan laboratorium berkala, yaitu

  1. Urin lengkap
  2. Ureum dan kreatinin
  3. Gula darah
  4. Kolesterol, LDL-kolesterol, trigliserid

Apa saja penyebab PGK?

Prof Jhon menjelaskan PGK paling banyak disebabkan karena beberapa hal berikut:

  1. Hipertensi
  2. Diabetes Mellitus
  3. Infeksi sistemik
  4. Infeksi saluran kemih
  5. Batu ginjal
  6. Toksin obat
  7. Radang glomerulus (glomerulonefritis) kronis

Bagaimana memperlambat PGK?

1. Mengatur diet dengan:
Cukup kalori (35 kal/kg/hari)
Kurangi protein (0.6 - 0.75 gr/kg/hari)
Asupan garam dikurangi
Jumlah air minum disesuaikan

2. Mengontrol tekanan darah
3. Mengontrol kadar gula darah
4. Mengontrol kolesterol darah
5. Meningkatkan Hb
6. Stop merokok
7. Mengobati infeksi saluran kemih
8. Operasi batu saluran kemih

(mer/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar