Selasa, 29 Maret 2011

Hormon Stres Bisa Mengatasi Takut Ketinggian

Your browser does not support iframes.



foto: ThinkstockBasel, Swiss, Jangan heran jika orang sedang stres bisa nekat bunuh diri dengan cara meloncat dari gedung bertingkat. Bagi penderita akrofobia alias takut ketinggian sekalipun, hormon stres bisa membangkitkan nyali untuk naik ke tempat yang tinggi.

Efek ini terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Basel University di Swiss. Dalam penelitian tersebut, tim ahli yang dipimpin Dr Dominique De Quervain melibatkan 40 orang pasien akrofobia atau penyakit takut ketinggian.

Para pasien yang seluruhnya sedang menjalani terapi psikologis ini dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing diberi perlakuan berbeda. Satu kelompok mendapatkan plasebo, kelompok lainnya mendapat tablet kortisol yang dikenal sebagai hormon pemicu stres.

Sebulan setelah mengkonsumsi obat tersebut, para pasien dilibatkan dalam simulasi virtual naik ke tempat yang sangat tinggi. Ketakutan yang dirasakan para pasien diukur dengan kuesioner dan sensor keringat dingin yang dipasang di permukaan kulit.

Hasilnya, pasien yang mendapatkan hormon kortisol lebih sedikit mengeluarkan keringat dingin dibandingkan pasien yang hanya mendapatkan plasebo. Hal ini membuktikan, kombinasi terapi psikologis lebih ampuh mengatasi takut ketinggian jika dikombinasikan dengan kortisol.

"Pemberian kortisol memberikan efek yang cukup signifikan. Selain itu, efeknya bertahan lama karena masih dirasakan hingga 1 bulan berikutnya," ungkap Dr Dominique dalam laporannya di jurnal Proceeding seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (29/3/2011).

Akrofobia atau takut ketinggian merupakan gangguan psikosomatis yang ditandai dengan gejala panik, pusing dan berkeringat dingin. Bentuk kegelisahan yang paling sering muncul pada pasien saat berada di tempat tinggi antara lain segera jongkok, berlutut atau bahkan merangkak.

(up/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar