
foto: Thinkstock
Pada perempuan yang sudah tua, kekeringan dan kurangnya elastisitas yang kadang dikombinasikan dengan penggunaan obat peningkat ereksi oleh pasangan bisa membuat penetrasi dan seks menjadi sulit sehingga mengakibatkan robek atau adanya parut pada jaringan vagina dan timbul rasa sakit.
Vagina yang kering dan nyeri selama hubungan seks adalah 2 penyebab utama dari disfungsi seksual perempuan terutama pada usia 45-64 tahun. Pengobatan yang umum dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan terapi penggantian hormon.
Terapi ini menjadi pilihan yang umum bagi perempuan yang mengalami vaginal athrophy atau kekeringan di daerah vagina. Tapi bagi orang yang diketahui memiliki kista kadang takut melakukannya karena khawatir menjadi tumor.
Namun kini ada prosedur baru yang dikembangkan oleh Dr Herzog yang disebut dengan Laser Augmentation of the Vaginal Area (LAVA). Prosedur ini dirancang untuk melonggarkan dan membentuk lapisan luar lubang vagina sehingga memungkinkan penetrasi lebih mudah dilakukan selama hubungan seks.
Dr Herzog menuturkan banyak orang percaya bahwa pembukaan vagina menjadi lebih besar terjadi seiring bertambahnya usia terutama setelah melahirkan.
"Tapi atrofi otot akibat kurangnya hormon justru menciptakan efek sebaliknya terutama pada perempuan yang belum pernah melahirkan atau melalui operasi caesar," ujar Dr Herzog, seperti dikutip dari Health.com, Selasa (11/10/2011).
Dr Herzog mengungkapkan dari 10 pasien yang datang ke dirinya biasanya hanya 2 kandidat yang bisa melakukan prosedur. Hal ini karena operasi merupakan pilihan terakhir, jadi ia biasanya akan berusaha terlebih dahulu untuk memberikan pilihan non-bedah.
Pengobatan topical estrogen adalah standar emas untuk masalah elastisitas dan mayoritas bisa mengatasi hal ini jika dilakukan dengan benar. Tapi bagi perempuan yang tidak bisa menggunakannya karena kondisi tertentu, maka prosedur LAVA ini bisa menjadi solusi.
Saat ini prosedur LAVA hanya bisa dilakukan oleh beberapa dokter terlatih di New York, California dan Kanada. Untuk melakukan prosedur ini diperlukan biaya sebesar 5.000 US Dollar (setara dengan Rp 47.275.000 dengan kurs 9.455).
Salah satu pasien yang pernah melakukan operasi ini adalah Linda Bianchini yang berusia pertengahan 50an tahun. Ia mengalami ketidaknyamanan dan sakit yang tak tertahankan saat melakukan hubungan seks dengan suaminya.
"Operasi ini hanya sekitar 2 jam dan dihari ketiga sudah bisa pulang dan saya tidak mengalami komplikasi sama sekali. Sekarang seks menjadi jauh lebih baik tanpa perlu memikirkan ada rasa sakit atau tidak nyaman," ujar Bianchini.
(ver/ir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar