Kamis, 20 Oktober 2011

Perempuan di Daerah Miskin AS Cenderung Gemuk dan Kena Diabetes

Your browser does not support iframes.




(Foto: thinkstock)
New York, Kegemukan dan diabetes tak hanya disebabkan oleh faktor pola makan saja. Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi munculnya penyakit ini. Perempuan di daerah miskin AS lebih besar kemungkinannya menjadi gemuk dan terserang diabetes daripada perempuan yang kemudian pindah ke lingkungan yang lebih baik.

Peneliti memberikan voucher dan konseling kepada perempuan yang tinggal di daerah miskin sehingga bisa pindah ke daerah yang lebih rendah tingkat kemiskinannya.

Setelah 10 tahun hidup di tempat baru, kemungkinan perempuan-perempuan ini untuk menjadi gemuk berkurang 19 persen dan 22 persen lebih rendah mengidap diabetes tipe 2 dibandingkan dengan yang tinggal di lingkungan miskin.

"Tujuan awal penelitian ini adalah untuk membantu keluarga menjadi lebih aman, tapi ternyata ada pengaruhnya terhadap hasil kesehatan. Efek dalam kajian kami tampaknya secara kasar berbanding lurus dengan gaya hidup yang baik dan intervensi pengobatan," kata penulis penelitian Jens Ludwig, Profesor Administrasi Pelayanan Sosial, Hukum dan Kebijakan Publik di University of Chicago.

Dari tahun 1994 sampai 1998, para peneliti merekrut 4.498 orang perempuan dengan anak-anak yang tinggal di pemukiman miskin. Penelitian ini disebut kajian 'Moving to Opportunity'.

Tujuannya adalah untuk melihat apakah dengan memindahkan perempuan dan anak-anak dari daerah miskin ke daerah lain yang lebih baik dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Para relawan penelitian berasal dari lima kota di AS, yaitu: Baltimore, Boston, Chicago, Los Angeles dan New York.

Para perempuan dikelompokkan berdasarkan hasil undian acak. Satu kelompok menerima voucher perumahan yang hanya bisa diuangkan jika pindah ke suatu daerah dengan jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan kurang dari 10 persen. Kelompok lain menerima voucher perumahan tanpa syarat apapun. Dan kelompok terakhir adalah kelompok kontrol yang tidak mendapat intervensi apapun.

Pada tahun 2008 sampai 2010, para peneliti mengumpulkan informasi lanjutan, meliputi pengukuran tinggi, berat badan, dan tes darah untuk mengetahui diabetes. Selama masa tindak lanjut, 17 persen perempuan di kelompok kontrol telah menjadi gemuk dengan tidak sehat, dengan indikasi indeks massa tubuhnya sebesar 40 ke atas.

Pada perempuan yang pindah ke daerah yang lebih baik, kegemukannya sebesar 14,4 persen dan 19 persen lebih rendah daripada kelompok kontrol. Sedangkan perempuan yang menerima voucher perumahan saja memiliki tingkat obesitas 15,4 persen.

Sedangkan untuk tingkat diabetes, sebanyak 16,3 persen dijumpai pada perempuan yang pindah ke daerah yang lebih rendah kemiskinannya, 20,6 persen terdapat pada kelompok yang medapat voucher perumahan saja, dan sebesar 20 persen pada kelompok kontrol.

Seperti dilansir HealthDay, Kamis (20/10/2011), Ludwig mengatakan bahwa kajian ini pada mulanya tidak dirancang untuk mengidentifikasi faktor-faktor tertentu yang mungkin berkontribusi terhadap penurunan tingkat obesitas dan diabetes.

Namun para peneliti menjelaskan bahwa ada empat faktor utama yang mungkin dapat menjadi penyebabnya. Salah satunya adalah akses untuk mendapat makanan yang lebih baik. Pada daerah yang tinggi kemiskinannya, tidak ada toko kelontong dan hanya ada toko kecil di sudut jalan.

Faktor lain adalah karena dapat melakukan latihan fisik dalam lingkungan yang lebih aman. Akses yang lebih baik terhadap perawatan kesehatan juga mungkin berperan. Selanjutnya, berkurangnya stres psikologis karena pindah ke lingkungan yang lebih aman juga dapat membantu.

"Ini adalah kajian yang bagus dalam melihat sebuah masalah yang sangat rumit. Penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan dapat menjadi komponen yang sangat penting untuk mengendalikan obesitas dan diabetes," kata Dr Joel Zonszein, direktur pusat diabetes klinis di Montefiore Medical Center di New York City.



(ir/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar