Rabu, 26 Oktober 2011

7 Miliar Penduduk, Dunia Menghadapi Masalah Kotoran Manusia

Your browser does not support iframes.




(Foto: thinkstock)
Jakarta, PBB memperkirakan penduduk dunia mencapai 7 miliar pada 31 Oktober nanti. Masih ada 2,6 miliar penduduk yang membuang air besar sembarangan sehingga terdapat lebih dari 200 juta ton limbah manusia tidak tertangani dengan baik yang akan berdampak pada kondisi kesehatan.

Di negara berkembang, 90 persen limbah manusia ini dibuang langsung ke danau, sungai dan lautan. Bahkan beberapa sistem pembuangan sudah terlihat tua sehingga bisa saja hancur jika dihantam hujan deras.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menuturkan jika semua limbah ini tidak ditangani dengan baik, maka akan menambah krisis kesehatan masyarakat yang diperkirakan dapat membunuh 1,4 juta anak setiap tahunnya, yaitu 1 anak setiap 20 detik. Jumlah ini lebih besar dibanding penggabungan kasus dari AIDS, TBC dan malaria.

Saat ini sanitasi masih belum mendapatkan perhatian yang serius dibanding dengan masalah kesehatan lain. Karenanya PBB tengah menetapkan tujuan untuk mengurangi jumlah penduduk yang tidak mendapatkan sanitasi dasar.

"Sanitasi bukanlah isu yang menarik atau seksi untuk dibahas, serta kadang terlihat tabu untuk dibicarakan dalam banyak konteks," ujar Dan Yeo, analis kebijakan senior di WaterAid, seperti dikutip dari LiveScience, Rabu (26/10/2011).

Yeo menuturkan masalah tabu ini menjadi salah satu alasan yang membuat sanitasi sulit lepas dari isu utama dalam benak masyarakat. Umumnya jika dibangun sanitasi yang baik, maka masyarakat akan mau datang dan menggunakannya.

Selain itu buang air besar di semak-semak (BAB terbuka) masih menjadi masalah sanitasi utama masyarakat, padahal kuman patogen dari tinja bisa masuk ke desa dan seringkali mengkontaminasi pasokan air masyarakat yang dapat memicu penyakit dan juga infeksi saluran kemih.

Meski begitu beberapa budaya dan cara berpikir masyarakat dalam menggunakan kamar mandi kadang menjadi hambatan dalam menyosialisasikan sanitasi yang baik, sehingga butuh pendekatan tersendiri.

Untuk menciptakan sanitasi yang baik tak hanya dibutuhkan jamban saja, namun juga perlu adanya pipa saluran air yang memadai sehingga limbah manusia ini nantinya tidak mencemari air atau tanah tempat hunian masyarakat.

PBB mengungkapkan proporsi orang yang hidup di daerah kumuh perkotaan di seluruh dunia telah menurun dari 39 persen (tahun 2000) menjadi 33 persen (tahun 2010). Namun jika dilihat dari jumlahnya justru bertambah sekitar 828 juta permukiman kumuh di seluruh dunia pada tahun 2010.

"Tata letak fisik dari daerah kumuh perkotaan menyulitkan pembuatan jamban, kepadatan manusia yang tinggi dan limbah yang juga tinggi sayangnya tidak diikuti dengan pembuatan jamban yang optimal," ujar Yeo.

Untuk itu diperlukan penanganan yang serius dalam mengatasi masalah sanitasi di masyarakat seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk yang ada di dunia.




(ver/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar