Your browser does not support iframes.
foto: ThinkstockLos Angeles, Lazimnya, orang hanya akan mengalami gangguan untuk dapat melihat dengan jelas saat melepas kacamata. Namun bagi beberapa orang, dampak dari melepas kacamata tidak hanya dirasakan oleh mata tetapi juga mempengaruhi kemampuan telinga untuk mendengar.
Memang terdengar agak aneh jika ada orang mengatakan tidak bisa mendengar dengan baik dengan alasan sedang tidak menggunakan kacamata. Namun fenomena ini benar-benar dialami oleh sebagian orang, meski tidak diketahui pasti berapa jumlahnya karena memang tidak banyak penelitian yang mengungkapnya.
Prof Lawrence Rosenblum, psikolog dari University of California di Los Angeles mengatakan fenomena yang disebut sebagai The McGurk Effect atau efek McGurk ini sebenarnya sangat masuk akal. Dalam menafsirkan sesuatu, otak selalu mengintegrasikan (menggabungkan) persepsi dari seluruh panca indra.
Tanpa disadari manusia punya kemampuan untuk mengetahui apa yang dikatakan lawan bicara hanya dari gerakan bibir meski tidak terdengar jelas suaranya. Bahkan, beberapa orang lebih mengandalkan kemampuan membaca bibir dibandingkan pendengaran dalam memahami ucapan lawan bicara.
Orang-orang dengan kemampuan unik seperti ini akan menghadapi masalah ketika indra penglihatannya mengalami gangguan, misalnya sudah mengalami rabun dan lupa membawa kacamata. Meski mendengar suaranya, kemampuan otaknya untuk menafsirkan suara tersebut tidak optimal karena tidak bisa melihat gerakan bibirnya.
Adanya koordinasi mata dan telinga dibuktikan sendiri oleh Prof Rosenblum dalam penelitiannya yang dimuat di edisi terbaru jurnal Attention, Perception and Psychophysics. Dikutip dari MSNBC, Minggu (16/1/2011), ia melibatkan sejumlah relawan dengan mata dan telinga yang sehat serta belum pernah dilatih membaca gerak bibir.
Dalam eksperimen pertama, Prof Rosenblum memutarkan video orang yang berbicara namun suaranya diganti dengan ucapan yang berbeda. Hasilnya, sebagian besar partisipan tetap bisa menduga dengna benar apa yang sesungguhnya diucapkan oleh orang-orang dalam video tersebut.
Eksperimen kedua juga melibatkan video yang memvisualisasikan seseorang sedang mengucapkan 80 kata namun tanpa mengeluarkan suara. Kemampuan otak mengkoordinasikan pancaindra terbukti dengan banyaknya partisipan yang bisa menebak kata-kata yang diucapkan.
(up/ir
foto: ThinkstockLos Angeles, Lazimnya, orang hanya akan mengalami gangguan untuk dapat melihat dengan jelas saat melepas kacamata. Namun bagi beberapa orang, dampak dari melepas kacamata tidak hanya dirasakan oleh mata tetapi juga mempengaruhi kemampuan telinga untuk mendengar.
Memang terdengar agak aneh jika ada orang mengatakan tidak bisa mendengar dengan baik dengan alasan sedang tidak menggunakan kacamata. Namun fenomena ini benar-benar dialami oleh sebagian orang, meski tidak diketahui pasti berapa jumlahnya karena memang tidak banyak penelitian yang mengungkapnya.
Prof Lawrence Rosenblum, psikolog dari University of California di Los Angeles mengatakan fenomena yang disebut sebagai The McGurk Effect atau efek McGurk ini sebenarnya sangat masuk akal. Dalam menafsirkan sesuatu, otak selalu mengintegrasikan (menggabungkan) persepsi dari seluruh panca indra.
Tanpa disadari manusia punya kemampuan untuk mengetahui apa yang dikatakan lawan bicara hanya dari gerakan bibir meski tidak terdengar jelas suaranya. Bahkan, beberapa orang lebih mengandalkan kemampuan membaca bibir dibandingkan pendengaran dalam memahami ucapan lawan bicara.
Orang-orang dengan kemampuan unik seperti ini akan menghadapi masalah ketika indra penglihatannya mengalami gangguan, misalnya sudah mengalami rabun dan lupa membawa kacamata. Meski mendengar suaranya, kemampuan otaknya untuk menafsirkan suara tersebut tidak optimal karena tidak bisa melihat gerakan bibirnya.
Adanya koordinasi mata dan telinga dibuktikan sendiri oleh Prof Rosenblum dalam penelitiannya yang dimuat di edisi terbaru jurnal Attention, Perception and Psychophysics. Dikutip dari MSNBC, Minggu (16/1/2011), ia melibatkan sejumlah relawan dengan mata dan telinga yang sehat serta belum pernah dilatih membaca gerak bibir.
Dalam eksperimen pertama, Prof Rosenblum memutarkan video orang yang berbicara namun suaranya diganti dengan ucapan yang berbeda. Hasilnya, sebagian besar partisipan tetap bisa menduga dengna benar apa yang sesungguhnya diucapkan oleh orang-orang dalam video tersebut.
Eksperimen kedua juga melibatkan video yang memvisualisasikan seseorang sedang mengucapkan 80 kata namun tanpa mengeluarkan suara. Kemampuan otak mengkoordinasikan pancaindra terbukti dengan banyaknya partisipan yang bisa menebak kata-kata yang diucapkan.
(up/ir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar