Senin, 24 Januari 2011

Minyak Sawit Sumber Vitamin A Alami

Your browser does not support iframes.



foto: ThinkstockJakarta, Minyak sawit secara alami kaya akan kandungan senyawa beta karoten. Senyawa ini merupakan provitamin A yang di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A.

Namun dalam produksi, kandungan beta karoten dihilangkan melalui proses bleaching yang membuatnya tampak bening sehingga lebih diterima masyarakat. Ketika masih mengandung beta karoten, minyak sawit berwarna merah sehingga tidak banyak yang mau mengonsumsi karena warnanya aneh.

"Kita sedang mengembangkan teknologi yang membuat minyak sawit bisa bening tanpa kehilangan kandungan beta karoten. Namun untuk saat ini teknologinya masih mahal, lebih mahal dari fortifikasi," ungkap pakar gizi dari Institut Pertanian Bogor, Dr Ir Drajat Martianto saat ditemui dalam dialog Fortifikasi Minyak Goreng di Gedung Kementerian Pendidikan, Senayan, Senin (24/11/2011)

Fortifikasi vitamin A ke dalam minyak goreng memang dirancang agar tidak membebani produsen dan terutama konsumen yang sebagian besar di antaranya bersal dari kalangan menengah ke bawah. Harga 1 kg vitamin A dengan kadar 1 juta IU (international unit) hanya sekitar US$ 70, sehingga hanya menambah biaya produksi Rp 32/kg.

Penghargaan

Kementerian kesehatan akan memberikan penghargaan bagi 2 perusahaan minyak nabati di Indonesia. Keduanya dinilai peduli kesehatan dengan melakukan fortifikasi atau penambahan vitamin A secara sukarela dalam produk minyak gorengnya.

Kabar tersebut disampaikan oleh ketua Koalisi Fortifikasi Indonesia (KFI), Prof Soekirman yang juga merupakan pengajar di Institut Pertanian Bogor. Kedua perusahaan yang dimaksud Prof Soekirman adalah PT Wilmar Nabati Indonesia dan PT Musim Mas yang sudah melakukan fortifikasi meski belum ada regulasi yang mewajibkannya.

"Baru 2 perusahaan yang melakukan fortifikasi, besok mereka akan menerima penghargaan dari Kementerian Kesehatan. Kita juga mengupayakan agar paling tidak tahun 2014 seluruh minyak goreng sudah mengandung vitamin A," ungkap Prof Soekirman.

Untuk saat ini, fortifikasi vitamin A dalam minyak goreng memang belum menjadi kewajiban. Sifatnya masih sukarela, sehingga umumnya dilakukan pada produk-produk minyak goreng bermerek yang harganya relatif lebih mahal.

Target fortifikasi sesungguhnya adalah minyak curah yang dikonsumsi oleh banyak lapisan masyarakat, sehingga bisa menjangkau keluarga miskin sekalipun. Menurut Prof Soekirman, jumlah keluarga miskin yang bisa dijangkau melalui program ini mencapai 35 juta keluarga.

Saat dikonfirmasi tentang pemberian penghargaan pada 2 perusahaan minyak goreng, Direktur Bina Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan, Dr Minarto, MPS mengatakan hal itu sebagai apresiasi atas inisiatif untuk melakukan fortifikasi vitamin A.

"Bukan penghargaan, tetapi sekedar bentuk ucapan terima kasih karena sudah melakukan fortifikasi secara sukarela," kata Dr Minarto yang juga hadir dalam dialog tersebut.

Fortifikasi wajib yang pernah dilakukan di Indonesia adalah pada garam dan tepung terigu. Produsen garam wajib menambahkan yodium, sementara terigu harus mengandung zat besi, seng, folat, vitamin B1 dan vitamin B2.

Selain minyak goreng yang rencananya akan diwajibkan untuk fortifikasi vitamin A, beras juga akan diwajibkan untuk fortifikasi folat dan zat besi.

(up/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar