Kamis, 10 Mei 2012

India Siap Bantu Indonesia Kembangkan Industri Farmasi

Browser anda tidak mendukung iFrame



Ilustrasi (dok: Thinkstock)
Jakarta, Sektor farmasi India telah mendapat pengakuan dunia atas kemampuannya menyediakan obat generik berkualitas dengan harga terjangkau. Lebih dari 50% ekspor farmasi India masuk ke pasar negara maju seperti Amerika dan Eropa.

Ekspor farmasi India terdiri dari 62% obat jadi, 37% bahan baku obat dan 1% herbal. Saat ini, India mensuplai 90% bahan baku obat di dunia dan 20% obat generik dunia. Tiga negara besar tujuan ekspor India adalah Amerika Serikat, Rusia dan Inggris.

"Kami banyak membuat obat generik karena harganya 20 kali lebih murah dibanding obat paten. Bahkan obat HIV yang biasanya seharga 10.000 USD bisa kami produksi dengan harga kurang dari 100 USD," demikian kata dr P.V. Appaji, direktur jenderal Pharmaceuticals Export Promotion Council of India (Pharmexcil) dalam acara Pameran Niaga Bahan Baku Farmasi Terbesar Pertama di ASEAN yang diadakan di Jakarta International Expo, Kamis (10/5/2012).

Untuk obat yang diekspor ke Indonesia, India kebanyakan memasok obat antibiotik, antidiabetes, antihipertensi, obat jantung dan pernapasan.

Menurut dr Appaji, dulu kondisi dunia farmasi di India tidak sebaik saat ini, harga obat-obatan mahal. Tapi industri kemudian berupaya menekan harga untuk menyediakan obat yang murah dan terjangkau. Dan nyatanya bisa berhasil seperti sekarang. Indonesia bisa mengalami hal yang sama jika mulai mengembangkan penelitian dan industri farmasinya.

"Akan ada banyak hal yang terjadi 15-20 tahun mendatang. Pengobatan sintetis akan berganti pada pengobatan biologis. Indonesia bisa mencoba mengembangkan biofarmasi dan menjadi pengekspor," kata dr Appaji.

Untuk mengembangkan kerjasama, Pharmaxecil mewakili para pelaku industri obat India mengaku siap bekerjasama dengan industri farmasi obat di Indonesia. Bisa dengan mendirikan pabrik obat milik Indonesia di India atau India yang mendirikan pabrik obat di Indonesia.

"Sebetulnya India bersedia membangun pabrik di indonesia. Tapi dilihat dulu apakah biayanya mencukupi atau tidak. Apalagi regulasi mengenai obat-obatan di Indonesia sangat ketat," kata dr Appaji.

Pameran Niaga Bahan Baku Terbesar Pertama di ASEAN ini disebut Convention on Pharmaceutical Ingredients Southeast Asia (CPhI SEA). Dalam pameran ini, ada sebanyak 24 perusahaan Indonesia yang memamerkan produknya. Selain itu, 45 perusahaan asal India juga ikut bergabung ditambah berbagai pelaku industri obat dari Cina dan Korea. Tak hanya berpameran, forum ini juga dibuat dengan tujuan menjajaki kemungkinan kerjasama farmasi antara berbagai negara.


(pah/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar