Kamis, 31 Mei 2012

Indonesia Berhasil Perjuangkan Pemakaian Vaksin Polio Oral

Browser anda tidak mendukung iFrame



(dok: detikFoto)
Jakarta, Sejumlah pihak mengusulkan ke WHO (Badan Kesehatan Dunia) agar vaksin polio digunakan dalam bentuk suntikan bukan oral. Padahal Indonesia adalah salah satu negara pembuat dan pemakai vaksin polio oral terbesar di dunia.

Dalam pertemuan tertinggi negara-negara anggota World Health Organization (WHO) yaitu World Health Assembly (WHA) ke-65 telah usai dilangsungkan di Jenewa, Swiss, Indonesia berhasil memperjuangkan untuk tetap menggunakan vaksin polio secara oral.

"Capaian terbesar adalah dicoretnya IPV (Inactivated Poliovirus Vaccines) sehingga tetap menggunakan yang oral. Itu capaian paling tinggi bagi kita karena efeknya ada yang langsung dan tidak langsung," ujar PLT (Pejabat pelaksana tugas) Menkes RI yang juga Wamenkes Prof Prof Ali Gufron dalam acara temu media di Gedung Kemenkes, Jakarta, Kamis (31/5/2012).

Prof Ali menuturkan dalam sidang pleno diajukan draft resolusi IPV, namun delegasi dari Indonesia berhasil mengantisipasi hal tersebut. Indonesia pun menolak usulan tersebut dan disambut oleh negara berkembang lain termasuk oleh Menkes India. Dengan disahkannya resolusi penggunaan vaksin oral maka sesuai dengan perjuangan nasional.

Saat ini diketahui Indonesia sudah mampu membuat vaksin polio secara oral oleh perusahaan farmasi Biofarma, bahkan vaksin ini sudah diekspor ke 118 negara. Jika resolusi penggunaan IPV disahkan, maka Indonesia tidak lagi bisa mengekspor dan untuk keperluan domestik diperlukan anggaran yang 50 kali lipat lebih besar untuk penggunaan IPV ini.

"Oral tetap pilihan yang baik untuk negara berkembang dan terbukti efektivitasnya, tapi jika menggunakan IPV maka penanganan polio akan jadi lebih sulit," ujar Prof Ali Gufron.

Saat ini vaksin polio dengan cara oral merupakan pilihan yang lebih tepat karena harganya yang terjangkau serta tetap efektif, terbukti dengan tidak adanya laporan mengenai kejadian polio di Indonesia dalam beberapa tahun.

Meski begitu Indonesia tetap berupaya untuk membuat vaksin polio IPV yang saat ini masih diujicobakan. Diharapkan sekitar 4-5 tahun ke depan perusahaan farmasi seperti Biofarma sudah mampu memproduksi IPV dengan harga terhangkau.

Sementara itu Dirjen P2PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) Prof dr Tjandra Yoga Aditama menuturkan sebenarnya vaksin polio melalui injeksi ditemukan terlebih dahulu pada tahun 1955, sementara vaksin polio oral baru ditemukan pada tahun 1962.

"Meski begitu efektivitas oral tetap baik karena di Indonesia enggak ada kasus dalam beberapa tahun terakhir," ujar Prof Tjandra.

Prof Tjandra menuturkan saat ini meski di Indonesia sudah tidak ada kasus polio namun WHO belum memberikan status eliminasi. Hal ini karena status eliminasi diberikan jika dalam regional tersebut sudah tidak ada negara yang memiliki polio.

"Indonesia masuk South-East Asia Region, sudah tidak ada polio kecuali di India, saat ini sudah 1 tahun 3 atau 4 bulan saya lupa India tidak ada kasus polio, jadi kita tunggu sampai 3 tahun, kalau 3 tahun tidak ada kasus maka bisa eliminasi polio," ujar Prof Tjandra.

(ver/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar