Kamis, 31 Mei 2012

Ilmuwan Temukan Bau Khas Orang Tua

Browser anda tidak mendukung iFrame



(Foto: Thinkstock)
Jakarta, Mungkin selama ini Anda seringkali mencium bau-bau tertentu yang ada di rumah kakek-nenek Anda atau panti jompo. Bisa jadi itu bau kapur barus plus udara yang pengap, namun mungkin keduanya juga tak sepenuhnya bisa disalahkan.

Baru-baru ini untuk pertama kalinya ilmuwan mengklaim telah menemukan bau badan khusus yang dimiliki orang tua yang dapat dikenali namun tidak bisa dijelaskan sepenuhnya dari penampilan fisik, pola makan atau kebiasaan lingkungan si orang tua.

Faktanya, studi ini menemukan bau khusus orang tua yang cukup berbeda hingga orang dewasa yang lebih muda seringkali lebih bisa mengidentifikasi orang tua hanya dari bau badannya saja.

Sebenarnya hal ini tidaklah begitu mengejutkan. Ilmuwan sendiri telah mengetahui selama bertahun-tahun bahwa beberapa spesies hewan, termasuk tikus, rusa, berang-berang, kelinci dan monyet mengalami perubahan bau badan saat beranjak dewasa untuk membantunya memilih pasangan.

Meski manusia telah menemukan cara yang lebih baik untuk memilih pasangan hidup yang potensial, namun sama halnya dengan hewan, suatu ketika manusia pasti pernah menggunakan sinyal-sinyal yang berkaitan dengan usia seperti bau badan untuk memilih pasangan, menghindari orang sakit atau membedakan kerabat dan bukan kerabat.

Johan Lundström, Ph.D., ketua tim peneliti studi ini yang juga ahli saraf senior di Monell Chemical Senses Center, lembaga penelitian non-profit di Philadelphia mulai penasaran dengan efek usia pada bau badan ketika menyadari bahwa 'bau orang tua' itu tampaknya konsisten di budaya manapun.

Dibesarkan di Swedia, Lundström kecil sering menemani ibunya ke panti jompo tempat sang ibu bekerja dan ia ingat betul bau unik di seluruh penjuru gedung.

"Saya tak pernah mencium bau itu lagi beberapa tahun kemudian, namun ketika saya diminta berbicara di sebuah acara di panti jompo di AS, bau yang sama seperti masa kecil saya pun tercium disitu," katanya.

Lalu ia menceritakan pengalamannya itu pada koleganya di Jepang. Dari situ ia baru tahu bahwa bahkan di Jepang ada istilah tersendiri untuk 'bau orang tua' yang ia maksud yaitu kareishū.

Lundström dan koleganya pun merancang studi yang dipublikasikan di jurnal PLos ONE ini untuk menyelidiki apakah ada dasar biologis terkait 'bau orang tua' ini.

Pertama, peneliti menginstruksikan 41 pria dan wanita yang dibagi ke dalam tiga kelompok umur (20-30, 45-55, dan 75-90) untuk tidur selama lima malam berturut-turut dengan mengenakan t-shirt berisi bantalan ketiak khusus.

Kemudian setelah bantalan itu dipotong kecil-kecil dan ditaruh dalam toples kaca, peneliti meminta 41 orang dewasa muda untuk mencium dua sampel secara bergantian dan diminta menentukan potongan mana yang berasal dari orang yang lebih tua.

Ke-41 orang itu mengalami kesulitan untuk membedakan bau kelompok muda dan paruh baya, tetapi partisipan jauh lebih berhasil mengenali sampel kelompok tertua (75-90 tahun). Selain itu, bertentangan dengan stereotip bau orang tua, umumnya partisipan menilai sampel dari kelompok tertua sebagai bau yang kurang tajam dan kurang menyenangkan daripada bau kelompok yang usianya lebih muda.

Bau itu tidak bisa dikaitkan dengan gaya hidup partisipan atau lingkungannya. Sebelumnya peneliti telah meminta seluruh partisipan yang diberi bantalan ketiak untuk menghindari sabun dan sampo wangi, alkohol, tembakau, makanan tertentu dan rempah-rempah yang dapat mempengaruhi keringat dan bau badan. (Peneliti juga menjauhkan setiap bantalan yang terkontaminasi oleh sabun, asap, parfum atau bau lainnya).

Meskipun beberapa partisipan dalam kelompok yang lebih tua mengonsumsi obat-obatan untuk kondisi kronis seperti kolesterol tinggi dan hipertensi, terbukti tidak satupun dari obat-obatan itu bisa mengubah bau badan.

Sayangnya akar atau asal 'bau orang tua' ini masih menjadi misteri, namun studi mencatat bahwa perubahan jangka panjang pada kelenjar kulit bisa jadi terlibat. Lundström menduga hal ini juga mungkin terkait dengan tingkat percepatan kerusakan sel.

"Karena sel-sel mati lebih cepat, lalu bisa saja mereka mengeluarkan bau berbeda yang unik bagi orang tua," katanya seperti dilansir dari CNN, Kamis (31/5/2012).

Kemungkinan lainnya adalah aroma tersebut menunjukkan suatu penyakit yang tidak atau belum terdiagnosis. Meskipun partisipan diklaim sehat, beberapa partisipan mungkin memiliki penyakit tertentu yang muncul secara alami akibat penuaan.

Namun jika penjelasan terakhir ini relevan maka bau badan bisa bermanfaat untuk mengidentifikasi penyakit-penyakit tertentu, bahkan mungkin sebelum tes ataupun diagnosis dokter melakukannya, pungkasnya.


(ir/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar