Selasa, 01 Mei 2012

Dua Obat Bantu Anak Penderita Diabates Tipe 2

Browser anda tidak mendukung iFrame



ilustrasi (foto: Thinkstock)
Jakarta, Diabetes tipe 2 sebenarnya bisa menyerang siapapun, tak peduli berapapun usianya. Namun belakangan penyakit ini semakin banyak menjangkiti anak-anak dan remaja sedangkan terapi pengobatannya masih belum maksimal.

Oleh karena itu, sebuah studi baru menemukan bahwa anak-anak penderita diabetes tipe 2 bisa mengontrol kadar gula darahnya dengan kombinasi dua obat yaitu metformin dan Avandia.

Masalahnya, para ahli baru saja menemukan kaitan antara Avandia (rosiglitazone) dengan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke sehingga untuk saat ini Avandia dianggap bukan pilihan obat terbaik bagi pasien muda.

"Banyak anak-anak penderita diabetes tipe 2 mengalami kemajuan penyakit yang cepat sehingga segera membutuhkan terapi insulin sedangkan pendekatan terapi oral terbarunya belum memadai," ungkap ketua tim peneliti Dr. Philip Zeitler, profesor kedokteran di University of Colorado, Denver seperti dilansir dari MSN, Selasa (1/5/2012).

Zeitler mencatat bahwa Avandia telah dipilih sebagai obat pendamping bagi penderita diabetes tipe 2 sejak 2002, jauh sebelum masalah jantung terkait penggunaan obat tersebut diketahui.

"Untuk saat ini kami tidak merekomendasikan pengobatan dengan rosiglitazone," katanya. Meski begitu, untuk sementara belum muncul masalah dengan penggunaan rosiglitazone yang muncul dari partisipan hingga saat ini.

Dalam studi yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine ini dilibatkan 700 anak obesitas berusia 10-17 tahun dan menderita diabetes tipe 2 yang secara acak diberi 3 pilihan pengobatan: metformin saja, metformin plus Avandia atau metformin bersamaan dengan perubahan pola makan dan olahraga secara intensif.

Setelah 46 bulan, peneliti menemukan bahwa partisipan yang hanya minum metformin saja, 51,7 persen diantaranya masih tak mampu mengontrol kadar gula darahnya. Namun bagi partisipan yang menerima metformin dan melakukan perubahan gaya hidup, masih ada 46,6 persen pasien yang tak mampu mengontrol gula darahnya. Sedangkan partisipan yang mengonsumsi metformin dan Avandia, tinggal 38,6 persen pasien yang mengaku kadar gulanya belum bisa terkontrol.

"Metformin mungkin tidak seefektif yang kita asumsikan dan pendekatan pengobatan tambahan masih sangat dibutuhkan untuk menangani populasi remaja dengan diabetes yang progresif," kata Zeitler.

Dalam kerangka perubahan gaya hidup, Zeitler tak yakin mengapa hal itu tak dapat bekerja dengan baik. Hal ini mungkin terkait dengan keengganan anak-anak untuk mengadopsi pola makan dan kebiasaan olahraga baru, ujarnya.

Dr. Joel Zonszein, direktur pusat diabetes klinis di Montefiore Medical Center di New York City berkata, "Diabetes tipe 2 pada anak-anak dan remaja adalah malapetaka karena kita tak memiliki pengobatan yang bagus."

Padahal diabetes tipe 2 pada anak-anak bersifat sangat agresif dan dapat menyebabkan masalah jantung dan hati pada usia yang sangat muda, katanya.

"Tak mengejutkan bahwa kombinasi ini lebih baik daripada terapi tunggal," ujar Zonszein. "Kami ingin agresif dalam mengobati diabetes tipe 2 pada anak-anak namun kami harus menyeimbangkan risiko dan keuntungan dari kedua obat ini. Namun sejauh ini kami tak memiliki data dan pengobatan yang bagus untuk anak-anak."

Studi terbaru ini menunjukkan bahwa sekali anak-anak menderita penyakit ini, sangat sulit untuk mencegah penurunannya meskipun perubahan gaya hidup yang intensif atau obat-obatan telah dilakukan, katanya.


(ir/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar