Selasa, 31 Januari 2012

Payakumbuh Punya Air Keran Siap Minum dan Bank Sampah

Your browser does not support iframes.




(dok. detikTravel)
Jakarta, Bicara soal air bersih dan sanitasi yang baik, Kota Payakumbuh patut dijadikan teladan. Kota kecil di Sumatra Barat ini punya air keran siap minum dan 80 persen sekolahnya memiliki bank sampah untuk menanamkan budaya hidup bersih sejak dini.

Air keran siap minum yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) bisa ditemukan di 10 kelurahan di Kota Payakumbuh, dan rencananya akan terus diperluas cakupannya. Pemerintah kota setempat menamakan program itu Zona Air Minum Prima atau disingkap ZAMP.

Meski belum bisa melayani seluruh wilayah, ZAMP sudah bisa menjadi contoh bahwa air minum seharusnya bisa langsung diminum. Walikota Payakumbuh, Capt H Josrizal Zain, SE, MM saat ditemui dalam acara Indonesian Milledium Development Goals Award di Balai Kartini menjamin airnya benar-benar bersih karena instalasi pipa-pipanya juga sudah steril.

Untuk air bersih, Kota Payakumbuh mengklaim sudah bisa melayani 93,4 persen warganya. Dengan pencapaian tersebut, Josrizal optimistis bisa memenuhi target MDGs pada tahun 2015 yakni melayani kebutuhan air bersih untuk 100 persen warganya.

"Bagi kami, sanitasi itu kunci. Sanitasi baik, kesehatan juga baik dan semua target MDG's pasti tercapai," kata Josrizal yang juga Sekjen Asosiasi Kota Peduli Sanitasi (APKOSI) ini saat ditemui di Balai Kartini, Selasa (31/1/2012).

Selain air bersih, Josrizal mengaku sangat serius menangani masalah sanitasi. Salah satunya dengan membangun WC komunal yang saat ini sudah mampu melayani 240 keluarga di wilayah urban atau perkotaan padat penduduk, yang memang tidak mungkin punya WC pribadi mengingat jarak septic tank terlalu dekat dengan sumur.

WC komunal sengaja ditempatkan di 'off-side area' atau di luar pemukiman, untuk memberikan jarak aman agar tidak mencemari sumuir atau sumber air. Limbahnya tidak dibuang begitu saja, melainkan diolah dulu menjadi biogas untuk keperluan bahan bakar rumah tangga misalnya untuk memasak.

Kota Payakumbuh juga mentargetkan 100 persen warganya sudah tidak buang air besar sembarangan pada tahun 2015. Josrizal tidak menyebut berapa pencapaiannya saat ini, namun hanya mengungkap bahwa pada tahun 2005-2006 angkanya baru 26 persen dan saat ini sudah meningkat sangat jauh.

Josrizal tampaknya ingin menjadikan gaya hidup bersaih sebagai budaya. Oleh karena itu, Josrizal yang juga dikenal sebagai walikota sampah ini mulai menanamkan nilai-nilai kebersihan sejak dini melalui program Bank Sampah di sekolah-sekolah mulai dari SD hingga SMA.

Saat ini 80 persen sekolah di Payakumbuh sudah memiliki bank sampah. Bank tersebut menampung sampah dan membaginya menjadi 4 kategori, termasuk sampah organik dan anorganik.

Sampah organik akan diolah menjadi pupuk kompos dan dimanfaatkan sendiri oleh sekolah untuk menyuburkan taman sekolah. Sedangkan sampah anorganik akan dijual, untuk didaur ulang dan hasil penjualannya akan dikembalikan sebagian kepada para siswa yang sudah begitu tertib membuang sampah pada tempatnya.

Dengan begitu banyaknya program penanganan air bbersih dan sanitasi, tak heran jika Payakumbuh masuk nominasi penerima Indonesian MDG's Award untuk kategori tersebut. Bahkan saat dikonfirmasi soal bocoran informasi bahwa Payakumbuh akan menjadi pemenang dalam kategori ini, Josrizal tersenyum-senyum seperti mau mengiyakan tetapi tidak berani.

Selengkapnya, berikut daftar 4 nominator Indonesian MDG's Award untuk kategori Akses pada Air Minum Layak dan Sanitasi Dasar, yang pemenangnya akan diumumkan besok malam di Balai Kartini:

1. Pemkab Wonosobo
2. Bappeda Kabupaten Bangka Tengah
3. Bappeda Kota Blitar
4. Kota Payakumbuh



(up/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar