Selasa, 24 Januari 2012

Duh! Aborsi Dianggap Lebih Aman dari Persalinan

Your browser does not support iframes.




(Foto: thinkstock)
Jakarta, Mahkamah Agung di AS melegalkan aborsi pada tahun 1973. Namun sampai saat ini, pihak yang bertentangan masih mempertanyakan keamanan prosedur medis yang digunakan. Sebuah penelitian baru-baru ini menyatakan bahwa aborsi lebih aman daripada persalinan.

Menurut penelitian tersebut, wanita yang hamil hingga melahirkan memiliki kemungkinan meninggal 14 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang memilih untuk melakukan aborsi.

"Terlepas dari sentimen tentang aborsi, aborsi legal sangat aman dan secara dramatis lebih aman daripada melanjutkan kehamilan," peneliti, Dr David Grimes, profesor klinis departemen obstetri dan ginekologi di University of North Carolina School of Medicine di Chapel Hill.

Menurut hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Obstetrics & Gynecology ini, salah satu alasan rendahnya risiko tersebut adalah karena pil aborsi dapat diminum sejak awal kehamilan, sehingga tidak harus melalui prosedur bedah. Alasan lain adalah di banyak negara, wanita diberikan informasi terlebih dahulu sebelum menjalani aborsi.

"Ada banyak informasi yang berkembang cepat seputar aborsi legal saat ini, dan beberapa di antaranya menyesatkan. Kebanyakan di antaranya memuat tentang komplikasi aborsi. Orang tanpa latar belakang medis akan menyimpulkan bahwa aborsi lebih berbahaya daripada melanjutkan kehamilan," kata Grimes seperti dilansir Healthday, Selasa (24/1/2012)

Untuk memperkirakan risiko kematian, peneliti menggabungkan informasi dari beberapa data nasional yang dikumpulkan antara tahun 1998 hingga 2005 dari Centers for Disease Control and Prevention dan Institut Guttmacher. Data ini berasal dari survei tahunan rumah sakit di AS, klinik dan kantor dokter yang menyediakan jasa aborsi legal.

Dari kelahiran hidup, peneliti menemukan ada 2.856 kematian wanita antara tahun 1998 hingga 2005. Artinya, risiko kematiannya adalah sebesar 8,8 kematian dari setiap 100.000 kehamilan. Untuk aborsi legal, 64 kematian dilaporkan dalam rentang waktu yang sama. Itu berarti risiko kematiannya adalah 0,6 per 100.000 kehamilan.

Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa komplikasi seperti perdarahan, infeksi dan gangguan tekanan darah tinggi lebih umum terjadi pada wanita yang memilih untuk melanjutkan kehamilannya.

Menurut peneliti, hal itu karena wanita yang mempertahankan kehamilan sampai melahirkan memiliki waktu yang jauh lebih panjang bagi berkembangnya gangguan kesehatan terkait kehamilan.

Namun tidak semua ahli sepakat dengan penelitian ini.

"Data mengenai kematian terkait aborsi tidak dikumpulkan secara sistematis. Penelitian Dr Grimes ini jelas menggambarkan pentingnya pelaporan kematian terkait aborsi di seluruh negara bagian. Aborsi mengakibatkan risiko yang signifikan bagi ibu dan wanita yang akan menjalaninya harus mendapat informasi yang baik dan akurat," kata Donna Harrison, direktur penelitian dan kebijakan publik di American Association of Pro-Life Obstetricians and Gynecologists.



(pah/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar