Selasa, 31 Januari 2012

Orang Jadi Lebih Berani Berbohong Lewat SMS

Your browser does not support iframes.




(Foto: thinkstock)
Jakarta, Berkomunikasi lewat pesan teks atau SMS memperbesar kemungkinan untuk berbohong. Para peneliti menemukan bahwa daripada berkomunikasi lewat video atau bertatap muka langsung, orang lebih mudah berbohong lewat pesan SMS. Menurut peneliti, hal itu karena sang pembohong tidak merasa sedang diamati.

Penelitian ini dipimpin oleh David Jingjun Xu, asisten profesor bisnis Wichita State University School of Business di Wichita, Kansas. Bekerja dengan rekan-rekannya di University of British Columbia (UBC) di Kanada, Profesor Xu meminta 170 orang mahasiswa UBC melakukan perdagangan saham palsu secara langsung, melalui video atau dengan mengirim SMS.

Para peserta yang bertindak sebagai broker diberitahu bahwa mereka akan menerima hadiah uang tunai jika penjualan sahamnya meningkat. Mereka juga diberi informasi bahwa saham yang akan mereka jual bakal menurun setengah harga.

Sementara itu, pembeli diberitahu bahwa mereka akan menerima uang tunai tergantung pada nilai sahamnya, tetapi tidak diberi informasi apapun sebelum terjadi transaksi.

Setelah perdagangan diselesaikan, para pembeli ditanya apakah sang broker telah menipu mereka atau tidak. Setelah memeriksa broker yang dianggap pembohong, para peneliti memperhitungkan bentuk komunikasi yang telah digunakan para broker dalam melakukan transaksi.

Penelitian yang dilansir Health24.com, Selasa (31/1/20120 ini mengungkapkan bahwa para pembeli yang mendapat informasi lewat pesan SMS memiliki kemungkinan 95% lebih besar mengaku ditipu daripada pembeli yang berkomunikasi lewat video.

Mereka juga 31% lebih mungkin mengaku ditipu daripada pembeli yang melakukan transaksi langsung dan 18% lebih mungkin ditipu dibandingkan pembeli yang bertransaksi lewat percakapan telepon.

Dalam laporan yang dimuat Journal of Business Ethics, para peneliti mengatakan bahwa penurunan kemungkinan penipuan dalam komunikasi video mungkin disebabkan karena video dapat membuat orang merasa seolah-olah sedang diamati.

Peneliti menyebutnya "efek sorotan". Tim Xu juga berpendapat bahwa temuan ini bisa membantu konsumen untuk menghindari peristiwa negatif seperti penipuan online.
(pah/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar