
(Foto: Thinkstock)
Berdasarkan survei terpadu biologis dan perilaku (STBP) 2011 yang dilakukan oleh Kemenkes diketahui bahwa pengetahuan komprehensif mengenai HIV/AIDS tertinggi ditemui pada kelompok penasun (pengguna napza suntik) yaitu sebesar 44 persen dan terendah pada narapidana yaitu sebesar 12 persen.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pengetahuan komprehensif ini adalah kegiatan penjangkauan, kunjungan ke layanan IMS, tingkat pendidikan, penyuluhan, pendidikan teman sebaya, akses pada media cetak dan audio, diskusi atau pertemuan serta penyuluhan mengenai HIV/AIDS.
Hasil survei menunjukkan pengetahuan mengenai HIV/AIDS yang komprehensif pada penasun (43 persen), waria (32 persen), LSL atau lelaki seks lelaki (26 persen), remaja (19 persen), pria berisiko tinggi (16 persen) dan narapidana (12 persen).
Dalam survei ini responden diberikan pertanyaan mengenai apakah ODHA bisa diketahui hanya dengan melihat, penggunaan kondom, pengaruh kesetiaan, apakah gigitan nyamuk bisa menyebarkan HIV/AIDS serta apakah penggunaan alat makan bisa menularkan virus.
"Pengetahuan kelompok masyarakat belum terlalu baik, karena itu kita lauch 'Aku Bangga Aku Tahu' untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang AIDS dari waktu ke waktu," ujar Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes, Prof dr Tjandra yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE disela-sela acara launching hasil Survei Terpadu Biologis dan Perilaku 2011 di Gedung Kemenkes, Jakarta, Kamis (1/12/2011).
Salah satu hal yang berkontribusi pad apeningkatan epidemi adalah rendahnya pengetahuan tentang HIV/AIDS, kesadaran penggunaan kondom serta belum optimalnya program pengurangan dampak buruk napza.
Untuk itu diperlukan adanya peningkatan upaya dalam hal meningkatkan pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS, penggunaan kondom serta program pengurangan dampak buruk.
Prof Tjandra menuturkan survei ini dilakukan ddi 22 kabupaten/kota di 11 propinsi yaitu Kota Meda, Deli Serdang, Batam, Bandar Lampung, Lampung Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Utaram Jakarta Barat, Bandung, Bekasi, Semarang, Batang, Surabaya, Malang, anyuwangi, Denpasar, Kupang, Ambon, Jayapura dan Wamena.
"Temuan penting dari STBP 2011 ini menunjukkan masih tingginya prevalensi HIV pada kelompok risiko tinggi tertular HIV," ujar Prof Tjandra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar