Kamis, 22 Desember 2011

Pedofil Bisa Kembali Normal Melalui Terapi

Your browser does not support iframes.




(Foto: Thinkstock)
Jakarta, Pedofil adalah kondisi yang mana seseorang memiliki ketertarikan seksual terhadap anak di bawah umur. Kini peneliti mengungkapkan bahwa orang dengan pedofil bisa kembali normal dengan terapi.

Selama bertahun-tahun David Prescott berhadapan dengan pedofil untuk mencoba mengevaluasi apakah kondisi ini bisa diatasi dengan pengobatan atau tidak. Prescott sendiri adalah seorang terapis di Minnesota.

"Sejauh ini penelitian menunjukkan bahwa pengobatan seperti terapi bisa bekerja dengan sangat baik, terapi akan membantu pedofilia untuk melawan keinginannya yang mendesak," ujar Prescott, seperti dikutip dari LiveScience, Kamis (22/12/2011).

Prescott menuturkan pada awal tahun 1980-an, terapi berfokus pada atraksi seksual seorang pedofil secara konfrontal. Tapi studi ternyata membuktikan bahwa penggunaan empati jauh lebih efektif. Hal ini karena beberapa pedofil mungkin mampu mengubah atraksi seksualnya menjadi hubungan dewasa yang sehat.

"Ada persepsi umum bahwa pelaku kejahatan seksual adalah pelanggar seks sepanjang waktu. Itu belum tentu benar, karena dalam keadaan tertentu mereka bisa memiliki hubungan yang normal," ujar Robin Wilson, psikiatri dari McMaster University di Hamilton, Ontario.

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam American Journal of Forensic Psychiatry melibatkan 406 orang yang dihukum karena kejahatan seksual terhadap anak-anak di Maryland.

Hasil studi menemukan laki-laki yang berhasil menyelesaikan terapi bisa kembali ke kehidupan normal. Sedangkan laki-laki yang tidak mendapatkan terapi, terdapat risiko 7,4 persen kembali menjadi pedofilia setelah mendapat hukuman.

Pedofilia sendiri terbagi menjadi 'hebephilic' yang secara seksual tertarik pada anak-anak puber serta 'pedohebephilic' yang secara seksual tertarik pada anak-anak pra remaja dan puber kedua.

Sedangkan metode yang bisa digunakan untuk mendiagnosis pedofilia adalah dengan metode phallometri (melihat perubahan phallus atau penis saat melihat foto anak-anak telanjang), serta metode scan otak dengan fungsional Magnetic Resonance Imaging (fMRI).
(ver/ir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar