Jumat, 30 Desember 2011

Desember: Heboh Immi yang Jadi Korban Diskriminasi HIV

Your browser does not support iframes.




(Foto: thinkstock)
Jakarta, Bertepatan dengan Hari AIDS Sedunia yang jatuh tiap tanggal 1 Desember, ternyata diskriminasi terhadap orang dengan HIV dan AIDS masih banyak terjadi. Yang cukup menghebohkan adalah kasus Immi, yang ditolak masuk sekolah SD Don Bosco 1 Kelapa Gading Jakarta karena ayahnya HIV positif.

Zipporah Imogen Divine adalah putri dari Fajar Jasmin Sugandhi, seorang penulis yang terinfeksi HIV positif. Immi, panggilan akrabnya, tidak terinfeksi HIV seperti ayahnya, namun ia tetap menerima diskriminasi karena menjadi anak seorang HIV.

Immi yang baru saja diterima di SD Don Bosco Kelapa Gading, tiba-tiba saja ditolak dan penerimaannya dibatalkan hanya melalui pesan singkat (SMS). Pihak sekolah beralasan membatalkan keputusan menerima Immi karena beberapa calon orangtua siswa menolak keberadaan Immi.

Berikut SMS pemecatan Immi dari SD Don Bosco Kelapa Gading:

Yth Bpk/Ibu orangtua Zipporah Imogen Divine. Setelah rapat dengan Team dan Koord Penerimaan Siswa Baru yayasan kami dengan berat hati memutuskan bahwa kami membatalkan keputusan menerima Imi sebagai calon siswa SD Don Bosco 1 Kelapa Gading. Hal ini disebabkan beberapa calon orangtua siswa lain menolak keberadaan Imi. Mohon maaf dan pengertiannya. Hartanto SD DB 1.

Menganggapi hal ini, dukungan terhadap keluarga Immi dan keluarga orang dengan HIV dan AIDS lainnya terus mengalir. Fajar Jasmin Sugandhi, ayah Immi yang terinfeksi HIV positif pun menuliskan lewat akun twitternya @fajarjasmin, bahwa ia mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak, termasuk media, DPR, Ombudsman Indonesia, KPA, 2 agensi PBB dan beberapa pengacara.

Saat pihak keluarga melakukan pertemuan dengan pihak sekolah dan Yayasan Panca Dharma yang membawahi SD Don Bosco 1 Kelapa Gading, pihak yayasan tetap bersikeras keluarga Immi harus menyerahkan hasil tes HIV dan membuktikan hasilnya negatif jika tetap ingin bersekolah di SD Don Bosco 1 Kelapa Gading.

Pihak yayasan menganggap tindakan tersebut bukanlah diskriminatif karena akan diberlakukan kepada orangtua lain yang mengakui anaknya berpenyakit menular.

Bahkan ditambahkan oleh pihak yayasan bahwa calon siswa lain yang mengakui berpenyakit menular lain tidak akan diterima bersekolah di Don Bosco.

Pihak Yayasan Panca Dharma mengakui bahwa tindakan kepala sekolah yang memberitahu orangtua hanya melalui pesan singkat (SMS) adalah tindakan yang salah dan mereka telah meminta maaf untuk tindakan tersebut.

Namun setelah dilakukan mediasi, Yayasan Panca Dharma secara terbuka mengakui khilaf yang berbuntut pada pembatalan penerimaan Immi di SD Don Bosco, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Secara terbuka mereka meminta maaf kepada orang tua Immi atas insiden yang sempat terjadi.

"Penolakan ini, mohon maaf, adalah akibat ketidaktahuan kami tentang HIV," ujar Pembina Yayasan Panca Dharma, Handi Pratama.

Permintaan maaf ini diumumkannya kepada wartawan seusai pertemuan mediasi antara pihak yayasan dengan orang tua Immi. Pertemuan yang difasilitasi oleh Komite Pengawasan AIDS Nasional dan DKI Jakarta itu berlangsung di Kantor Kemenko Kesra, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Senin (5/12/2011).

Orang tua Immi, menyambut baik permintaan maaf tersebut. Pengakuan bahwa dia merupakan pengidap HIV, merupakan bagian dari komitmennya untuk tidak menutupi keadaan dirinya.

Apakah Immi tetap akan bersekolah di SD Don Bosco, Kelapa Gading?

"Sejauh ini masih pertimbangan tetap atau tidak. Immi kelihatannya masih mau di Don Bosco. Kami sudah mendaftar ke sekolah lain sebagai alternatif, tapi belum ada keputusan diterima atau tidak," jawab Fajar.

(Edisi kaleidoskop kesehatan 2011 detikHealth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar